CAAM Dorong Pemerintah China Kenakan Pajak untuk Mobil Listrik Mulai 2027 -->

Iklan Atas

CAAM Dorong Pemerintah China Kenakan Pajak untuk Mobil Listrik Mulai 2027

Selasa, 28 Oktober 2025
Asosiasi Produsen Usul Insentif Mobil Listrik Dihapus Bertahap


Jakarta Asosiasi Produsen Mobil China atau China Association of Automobile Manufacturers (CAAM) menyerukan agar insentif bagi kendaraan listrik mulai dikurangi secara bertahap. Langkah ini dinilai penting untuk menjaga keseimbangan industri otomotif nasional serta memastikan pertumbuhan yang lebih sehat dan berkelanjutan di sektor mobil listrik.

Usulan Penghapusan Insentif Mobil Listrik

Selama beberapa tahun terakhir, banyak negara, termasuk China dan Indonesia, menerapkan berbagai insentif untuk mendorong masyarakat beralih dari kendaraan berbahan bakar fosil ke kendaraan listrik.
Namun, menurut CAAM, sudah saatnya kebijakan tersebut dievaluasi.

Sekretaris Jenderal CAAM, Chen Shihua, dalam konferensi tahunan industri otomotif 2025 di Changsha, Provinsi Hunan, mengusulkan agar pemerintah mulai mengenakan pajak pembelian untuk kendaraan energi baru (NEV) pada tahun 2027. Besaran pajak yang diusulkan adalah sekitar 7 persen.

Menurut Chen, kebijakan baru ini akan membuat industri kendaraan listrik di China lebih mandiri dan tahan terhadap fluktuasi pasar.

“Industri otomotif China masih menghadapi tantangan berupa lemahnya permintaan domestik dan meningkatnya tekanan pada manajemen inventaris,” ujar Chen melalui unggahan resmi CAAM di platform WeChat.

Ia menambahkan, risiko perang harga masih tinggi, sementara ketegangan geopolitik global dapat mengganggu stabilitas rantai pasokan komponen otomotif. Oleh karena itu, Chen menilai pemerintah perlu mengambil langkah untuk menjaga keseimbangan pasar sekaligus mempertahankan momentum pertumbuhan ekonomi.

Tantangan dan Tekanan Industri NEV

Dalam beberapa tahun terakhir, China telah memberikan berbagai stimulus kepada sektor New Energy Vehicle (NEV), termasuk subsidi pembelian serta pembebasan sebagian pajak. Kebijakan tersebut terbukti mendorong lonjakan penjualan kendaraan listrik dan menjadikan China sebagai pasar EV terbesar di dunia.

Namun, keberhasilan tersebut juga memunculkan tantangan baru. Persaingan ketat di antara produsen membuat perang harga tidak terhindarkan, sehingga menekan margin keuntungan. Ditambah lagi, situasi geopolitik global memperumit rantai pasok bahan baku dan komponen utama, seperti baterai dan chip otomotif.

CAAM menilai, dengan berakhirnya masa insentif, industri mobil listrik diharapkan dapat beroperasi secara lebih efisien dan berdaya saing tinggi tanpa ketergantungan pada bantuan pemerintah.

Arah Kebijakan ke Depan

Chen Shihua menekankan pentingnya kebijakan transisi yang hati-hati agar penghapusan insentif tidak mengganggu stabilitas pasar. Pemerintah, katanya, perlu tetap berfokus pada kebijakan yang mendorong inovasi teknologi, efisiensi energi, dan ekspansi pasar ke luar negeri.

“Kita harus memastikan pertumbuhan industri yang sehat dan berkelanjutan, bukan sekadar cepat,” ujar Chen.

Dengan wacana ini, pemerintah China diharapkan dapat menata ulang kebijakan dukungan bagi industri otomotif agar tetap kompetitif di tengah dinamika global yang terus berubah.(BY)