AS Akan Tarik Sebagian Pasukan dan Sistem Rudal dari Timteng -->

Iklan Atas

AS Akan Tarik Sebagian Pasukan dan Sistem Rudal dari Timteng

Senin, 21 Juni 2021

 

Ilustrasi. Persenjataan antirudal yang tengah bekerja menghalau serbuan serangan roket musuh. (AFP/ANAS BABA)

Jakarta - Amerika Serikat (AS) berencana mengurangi sebagian aset militer dan pasukannya di kawasan Timur Tengah. Salah satu yang bakal ditarik adalah sistem antirudal THAAD yang selama ini dikerahkan di sejumlah negara Timur Tengah.


Menurut sejumlah pejabat AS, selain personel, Pentagon akan menarik setidaknya delapan baterai sistem antirudal Patriot dari Irak, Kuwait, Yordania, hingga Arab Saudi. AS juga disebutkan akan menarik sistem THAAD yang selama ini ditempatkan di Saudi.


Sebagaimana dikutip CNNIndonesia.com, pengurangan aset militer di Timur Tengah ini dipercepat Negara Paman Sam seiring dengan perubahan kebijakan luar negeri pemerintahan Presiden Joe Biden yang kini terkofus membendung pengaruh China.



Selain itu, AS menilai sejumlah sekutunya di kawasan telah mampu mempertahankan diri dari ancaman keamanan bersama seperti Iran.


"Apa yang akan Anda saksikan adalah penataan kembali sumber daya dengan prioritas strategis," kata pejabat AS tersebut kepada The Wall Street Journal.


Secara terpisah, Arab Saudi menekankan pengurangan aset militer AS di negaranya tidak akan mengurangi kapabilitas pertahanan negara.


"Ini tidak akan mempengaruhi pertahanan udara Saudi. Kami memiliki pemahaman kuat dengan sekutu kami tentang ancaman di kawasan. Kami memang memiliki kemampuan membela negara kami sendiri," kata Komandan koalisi militer negara Timur Tengah pimpinan Saudi, Turki al-Maliki, seperti dilansir AFP.


Meski begitu, Maliki tidak mengungkapkan berapa banyak sistem rudal Patriot AS yang akan ditarik dari negaranya.


Kabar penarikan aset militer ini pun terjadi ketika serangan rudal pemberontak Houthi di Yaman terus meningkat dan menargetkan kota-kota di Saudi.


Angkatan Udara Saudi mencegat sedikitnya 17 drone Houthi pada akhir pekan lalu.


Awal Juni lalu, sebuah pesawat nirawak (drone) bermuatan bom yang diluncurkan milisi Houthi meledak di sebuah sekolah perempuan di Provinsi Asir, Saudi. Tidak ada korban dalam peristiwa tersebut. (*)