Kontruksi Bangunan Istano Basa Pagaruyung Yang Unik Mempunyai Arti dan Makna -->

Iklan Atas

Kontruksi Bangunan Istano Basa Pagaruyung Yang Unik Mempunyai Arti dan Makna

Minggu, 29 Agustus 2021

 

Museum Istano Basa Pagaruyung

Penulis : Freddy


Tanah Datar, fajarsumbar.com - Istano Basa Pagaruyung adalah bangunan adat Minangkabau berbentuk rumah gadang, yang dibuat dengan mempedomani Istana yang pernah ada sebelumnya dan bangunan rumah gadang lainnya. Komplek Istano Basa Pagaruyung ini mulai dibangun pada 27 Desember 1976, yang merupakan tempat tinggal keluarga kerajaan Minangkabau yang sekaligus menjadi pusat kerajaan Minangkabau pada masanya. 


Istano Basa Pagaruyung yang terletak di Nagari Pagaruyung, Kecamatan Tanjung Emas, Kabupaten Tanah Datar atau 108 Km dari Kota Padang, Ibukota Provinsi Sumatera Barat, mempunyai kontruksi bangunan yang unik terutama bila dilihat dari luar, semua tiang berdiri dengan posisi miring ke kiri dan ke kanan, kecuali Tonggak Tuo yang berdiri tegak lurus. 


Kontruksi bangunan seperti ini mempunyai nilai-nilai falsafah sebagai berikut ; Kontruksi bangunan yang semakin besar ke atas, melambangkan bahwa adat dan budaya Minangkabau terus berkembang, sejalan dengan kemajuan dan peradaban. Sementara kontruksi yang semakin kecil ke bawah, memproyeksikan seolah-olah semua tiang-tiang tersebut bertemu pada suatu titik jauh di perut bumi, kontruksi ini melambangkan satu kesatuan. 


Sedangkan bangunan Istano Basa Pagaruyung mempunyai 3 unsur yaitu kerangka dasar, unsur utama dan unsur penunjang, semua unsur-unsurnya mewakili dan melambangkan kehidupan adat dan budaya Minangkabau. Dan di tulisan opini ini penulis akan menjabarkan tentang kerangka dasar bangunan Istano. Kerangka dasar terdiri dari batu sandi, tiang, unsur pemersatu dan unsur pengokoh, yang mempunyai makna sebagai berikut :


Batu Sandi adalah tempat berdirinya masing-masing tiang, keberadaan batu sandi milik sebuah kaum untuk masing-masingnya, sebuah batu sandi melambangkan kesepakatan dan kesatuan anggota kaum, untuk memilih seorang laki-laki dalam kaum yang bersangkutan untuk menjadi pemimpin. 


Sedangkan Tiang di bangunan Istano Basa Pagaruyung terdiri dari 72 buah tiang, yang dikelompokkan menjadi 6 kelompok dan 2 tonggak, masing-masing kelompok mewakili dan melambangkan peran yang berbeda, sesuai dengan letak dan fungsinya masing-masing. 


Selanjutnya Unsur Pemersatu mempunyai makna, walaupun masing-masing tiang bisa berdiri dengan kokoh diatas batu sandi yang kuat, tiang tersebut tidak akan pernah membentuk kerangka bangunan, berarti dalam kehidupan adat Minangkabau tanpa kehadiran unsur pemersatu, semua kaum dan pemimpin tidak akan bersatu dan memiliki rasa kebersamaan. Diantara unsur pemersatu itu ada beberapa unsur yang harus diketahui yakni Rasuak dan Paran. 


Rasuak adalah balok pemersatu tiang dengan tiang menurut lebar bangunan, sedangkan Paran adalah balok pemersatu tiang dengan tiang menurut panjang bangunan. Kehadiran Rasuak dan Paran merupakanmerupakan sebagai unsur pemersatu, untuk membentuk sebuah kerangka bangunan yang berdiri kokoh dan semua unsur saling menunjang dan membutuhkan. Kedua unsur pemersatu ini mewakili dan melambangkan peran yang diemban Langgam Adat dan Undang Undang Luhak sebagai pedoman utama, yang akan menyatukan semua masyarakat dalam kehidupan sosial.


Sedangkan Unsur Pengokoh terdiri dari Singgitan dan Jariau, Singgitan yaitu balok kayu yang diletakkan di permukaan Rasuak untuk membentuk permukaan datar antara Rasuak dan Paran, ia mewakili dan melambangkan peran 'mungkin jo patuik' yang menjadi standar dalam setiap kegiatan ditengah-tengah masyarakat Minangkabau. 


Unsur Pengokoh Jariau yaitu balok kayu yang dipasang pararel dengan Paran dan kedua ujungnya diletakkan pada Singgitan, ia mewakili dan melambangkan peran aktif masyarakat, tungganai dan pembantu penghulu sebagai pelaku dalam pengawas kehidupan sosial, yang berpedoman pada agama dan adat. (**) 


Sumber : Makalah Farhan Sujali, Mahasiswa IAIN Batusangkar.