Mentawai Tak Lagi Sunyi, Kisah Dakwah di Ujung Barat Nusantara -->

Iklan Atas

Mentawai Tak Lagi Sunyi, Kisah Dakwah di Ujung Barat Nusantara

Selasa, 15 Juli 2025
Dakwah Semen Padang ke pelosok Mentawai. 


Padang — Fajar di Dermaga Muaro Padang menyambut dengan damai. Semilir angin laut membawa aroma khas pelabuhan saat mentari mulai menyibak kabut pagi di awal Juli 2025. Dalam suasana tenang itu, rombongan Unit Pengumpul Zakat (UPZ) Baznas Semen Padang bersiap mengarungi lautan menuju Mentawai, membawa misi spiritual dan kemanusiaan.

Dipimpin oleh Ustaz Mafril, mereka menumpang kapal cepat MV Mentawai Fast menuju Dermaga Pokai, Kecamatan Siberut Utara. Perjalanan laut selama tiga setengah jam hanya bagian awal dari ekspedisi panjang ini. Selanjutnya, mereka menempuh rute dengan boat kecil bermesin 15 PK, satu-satunya akses menuju pelosok Mentawai—tanpa pelampung, tanpa kenyamanan, hanya semangat yang membara.

Dusun Bose: Cahaya Kecil di Tengah Sepi

Dusun Bose, Desa Muara Sikabaluan, adalah salah satu titik tujuan. Wilayah ini dihuni oleh 75 keluarga, di mana lebih dari separuhnya beragama Islam. Namun, keterbatasan fasilitas ibadah dan pendidikan agama menjadikan kehidupan beragama di sini penuh tantangan. Tidak ada masjid besar, madrasah, apalagi sekolah Islam.

Dalam keterbatasan itulah Safari Dakwah hadir sebagai pelita. Ustaz Mafril menyebutnya sebagai "Dakwah di Teras Negeri", karena Mentawai berada di beranda barat Indonesia, berbatasan langsung dengan Samudra Hindia. Di sinilah, dakwah bukan sekadar ceramah, tetapi upaya menanamkan harapan dan semangat hidup.

Menghidupkan Dakwah, Membina Umat

Safari Dakwah yang berlangsung 1–5 Juli 2025 ini bertepatan dengan Tahun Baru Islam 1447 H. Mengusung tema “Kita Tingkatkan Semangat Dakwah Membina Umat”, kegiatan ini menyasar berbagai titik di Pulau Siberut, dengan fokus membina dan memperkuat eksistensi para da’i lokal.

Rombongan UPZ tidak sekadar datang dan pergi. Mereka berdialog dengan warga, menyambangi rumah-rumah, serta memperkuat kapasitas da’i binaan. Tujuannya jelas—agar dakwah tak padam usai rombongan pulang. Seperti diungkapkan Ustaz Mafril, “Kami ingin meninggalkan jejak yang hidup.”

Kisah Dua Da’i Muda di Jalan Sunyi

Di pelosok Siberut, kisah dua da’i muda menjadi potret keteguhan dalam sunyi. Mereka adalah Ustaz Zainal Kelana dan Ustaz Jon Ricky, dua pemuda tangguh yang memilih menjadi penjaga lentera iman di ujung negeri.

Ustaz Zainal, alumni STAI-PIQ Sumatera Barat, kembali ke kampung halamannya di Desa Mongan Poula setelah lulus kuliah. Ia bergabung dengan UPZ pada akhir 2023, melanjutkan dakwah yang telah dimulai oleh para pendahulunya. “Saya melihat kondisi umat di kampung saya sangat memprihatinkan. Banyak yang belum memahami dasar-dasar syariat,” tuturnya.

Ia kini membina 70 anak dalam program pengajaran Al-Qur’an di Masjid Al-Abrar. Meski fasilitas minim, ia terus berinovasi dengan pendekatan sederhana: sistem hadiah dan sanksi. “Yang rajin saya beri permen, yang melanggar harus bersih-bersih masjid,” katanya dengan tawa kecil.

Sementara itu, Ustaz Jon Ricky bertugas di Desa Sirilogui, yang dihuni lebih dari 350 KK, namun hanya 15 KK yang muslim. Dengan kondisi masjid seadanya, ia membangun dari nol: mendirikan TPA, membina mualaf, dan menjadi sahabat bagi umat yang terpinggirkan. Tantangan terberat datang dari tekanan sosial yang membuat sebagian mualaf kembali ke agama sebelumnya.

“Bagi saya, mempertahankan satu jiwa dalam Islam sudah menjadi kemenangan,” ucapnya mantap.

Dukungan Total dari UPZ Baznas Semen Padang

Ketua UPZ Baznas Semen Padang, Iskandar S. Taqwa, menyebut pembinaan para da’i di Mentawai sebagai bagian dari program unggulan dalam syiar Islam. “Mereka adalah ujung tombak yang menjangkau masyarakat yang tak terjamah,” jelasnya.

Selain dukungan moral dan pelatihan, UPZ juga menyediakan insentif bulanan, motor untuk mobilitas, serta rumah tinggal agar para da’i dapat menjalankan tugas dengan layak. Mengingat medan yang sulit, dukungan ini menjadi vital agar mereka bisa fokus membina umat.

Tak hanya dakwah, UPZ juga menyelenggarakan program sidang isbat nikah untuk warga yang belum memiliki dokumen resmi pernikahan. Program ini sangat membantu mualaf dan pasangan yang selama ini menikah secara agama namun belum tercatat negara. Ini penting untuk akses pendidikan, layanan kesehatan, dan kepastian hukum bagi keluarga.

Membangun Masjid, Membangun Peradaban

UPZ juga turut membangun masjid di daerah terpencil seperti Masjid Bahrul Ulum di Dusun Sutek’ Uleu, Simalegi, Siberut Barat. Masjid ini bukan sekadar tempat ibadah, tapi juga pusat dakwah, pendidikan, dan kegiatan sosial.

Mentawai Tak Lagi Sendiri

Bagi UPZ Baznas Semen Padang, Mentawai bukanlah bagian yang terabaikan. Justru di sanalah nilai-nilai perjuangan menemukan maknanya. Ketika rombongan kembali ke Padang, mereka tak hanya membawa laporan kegiatan, tapi juga membawa harapan—bahwa cahaya Islam akan terus menyala meski di ujung terluar negeri.

Mentawai mungkin jauh dari sorotan, tapi di sana iman sedang tumbuh, huruf-huruf hijaiyah mulai dirangkai, dan semangat dakwah terus bergema. Dalam sunyi, mereka berdakwah. Dalam sepi, mereka menyalakan harapan. Mentawai, kini tak lagi sendiri.(des*)