Puluhan Tewas dalam Bentrok Antijunta dan Militer Myanmar -->

Iklan Atas

Puluhan Tewas dalam Bentrok Antijunta dan Militer Myanmar

Senin, 05 Juli 2021

 

Sebanyak 25 pejuang anti-junta dan warga sipil tewas dalam bentrokan antara tentara militer di Myanmar bagian tengah pada Minggu (4/7). Ilustrasi. (REUTERS/STRINGER).

Jakarta - Sebanyak 25 pejuang anti-junta dan warga sipil tewas dalam bentrokan antara tentara militer di Myanmar bagian tengah pada Minggu (4/7). Angka itu berdasarkan laporan warga lokal.


Dilansir dari AFP, Myanmar berada dalam kekacauan sejak kudeta Februari lalu yang menggulingkan pemerintah Aung San Suu Kyi. Menurut kelompok pemantau lokal, 890 orang tewas dalam tindakan keras junta terhadap perlawanan warga.


Di beberapa daerah, warga sipil telah membentuk "pasukan pertahanan" untuk memerangi Dewan Administrasi Negara. Junta menyebut pasukan sipil itu sering kali menggunakan senapan berburu atau senjata darurat yang dibuat dari barang-barang rumah tangga.

Wilayah Sagaingbagian tengah menjadi titik panas pertempuran kecil antara pasukan pertahanan dan militer. Pada Jumat lalu, pertempuran pecah di Depayin.


Penduduk mengatakan kepada AFP bahwa truk-truk militer memasuki daerah mereka dan menembaki sebuah desa di dekat hutan. Militer ingin mengusir anggota pasukan pertahanan setempat.


"Kami mendengar tembakan artileri sebanyak 26 kali," kata seorang penduduk desa, yang menambahkan bahwa para pejuang anti-junta mencoba untuk membalas tetapi tidak dapat menangkis serangan itu.


Menurut penduduk setempat, tentara militer menembaki orang-orang di jalan dan tidak hanya mengincar satu sasaran.


Seorang anggota pasukan pertahanan setempat mengungkapkan penduduk desa menunggu hingga Sabtu untuk keluar dari rumah mereka untuk melihat korban.


"Pertama-tama, kami mendapatkan sembilan mayat dan menguburkannya," katanya kepada AFP, seraya menambahkan bahwa delapan lagi ditemukan oleh tim yang berbeda dan juga dikuburkan pada hari yang sama.


Selang sehari, mereka menemukan delapan mayat lagi.


"Saya melihat dari tubuh mereka bahwa sebagian besar dari mereka ditembak di kepala," katanya dan dikonfirmasi oleh seorang pria lain yang membantu memindahkan korban tewas kepada AFP.


Media yang dikelola pemerintah melaporkan hal berbeda tentang pertempuran itu. Militer mengklaim disergap saat berpatroli.


Tentara menangkis "teroris bersenjata" dan kemudian menemukan "empat mortir dan enam senjata kunci perkusi", lapor surat kabar Global New Light of Myanmar, yang tidak menyebutkan jumlah korban tewas di desa tersebut.


Surat kabar itu juga menyebut, dalam serangan lain di bagian lain Sagaing, satu anggota pasukan keamanan tewas dan pihak berwenang "bekerja untuk menstabilkan daerah itu".


Meski mendapat ancaman tindakan keras, pengunjuk rasa di Myanmar masih turun ke jalan setiap hari untuk menentang rezim militer.


Di sisi lain, junta militer tidak menunjukkan tanda-tanda akan menyerahkan kekuasaan kembali kepada pemerintah sipil, sebagaimana juga dikutip cnnindonesia.com.