Literasi Menentukan Kompetensi Era Digital -->

Iklan Cawako Sawahlunto

Literasi Menentukan Kompetensi Era Digital

Kamis, 11 November 2021


Oleh : Alfian Tarmizi, M.Pd

Guru SDN 07 Ulakan Tapakis, Kabupaten Padang Pariaman


Seiring dengan bergulirnya globalisasi pada berbagai sektor, sehingga menyebabkan budaya literasi makin diminati. Globalisasi memungkinkan akses komunikasi, kian mudah. Arus informasi semakin deras dan terbuka lebar. Perkembangan teknologi membuat alat komunikasi, semakin canggih dan beragam. Jarak antara manusia, semakin dekat. Dunia terasa kian sempit. Bisa dijangkau dengan cepat, dan kapanpun itu, bila kita inginkan.


Dampak globalisasi ini sangat normatif. Ada positif dan ada juga sisi negatifnya. Positifnya, manusia dapat memanfaatkan teknologi untuk meringankan pekerjaannya. Namun dampak negatifnyapun, tidak biasa kita pungkiri. Banyak konten-konten yang berbahaya untuk diketahui umum, termasuk anak-anak. Informasi ini berseliweran di dunia maya.


Literasi sebagai alat untuk memahami informasi berada dalam dilema. Budaya literasi dan kemampuan literasi sangat mempengaruhi pemahaman seseorang terhadap informasi yang ia terima. Alih teknologi informatika melalui internet, membuat masyarakat sangat konsumtif terhadap alat komunikasi yang bernama HP android ini.


Sehingga tingkat ketergantungan akan benda ini sangat tinggi. Dimana-mana terlihat orang intim dengan gawaynya. Seakan mereka terputus dari lingkungan sekitarnya. Orang akan rela mengganti gawaynya dengan yang lebih canggih dan mahal, asalkan dapat menikmati fasilitas kelengkapan aplikasi di dalamnya. 


Bahkan, mereka dengan sendirinya akan mahir mengutak-atik barang baru ini. Tak pelak lagi, literasi merekapun terasah sesuai pergantian waktu. Di era 4.0 ini kemampuan literasi sangat urgen. Tingkat pemahaman seseorang sangat ditentukan oleh bagaimana literasinya dalam menerima informasi.


Pun tidak mungkin orang yang malas membaca akan dapat pengetahuan dan wawasan yang baik. Begitu banyak membaca, kita bisa memperoleh pengetahuan yang banyak. Apalagi memahami bacaan itu kita bisa membuat kesimpulan tentang apa yang sedang terjadi. Jadi, budaya membaca inilah yang dipahami banyak orang dengan literasi.


Secara sederhana literasi dipahami sebagai keberaksaraan dan melek huruf. Litersi lebih luas dimaknai dengan kemampuan dalam membaca dan menulis. Agung Pardini,( 2009).  


Membaca di sini, bukan hanya sekedar pelafalan kata. Tapi upaya untuk memaknai kata dan kalimat dalam mengambil sebuah pemahaman. Begitu juga dengan menulis, yang berarti mengungkapkan pemikiran dengan dituangkan melalui rangkaian huruf,  kata dan kalimat yang mengandung pengertian. 


Menurut Paul Gilster (1997) literasi diartikan sebagai kemampuan untuk memahami dan menggunakan informasi dalam berbagai bentuk serta sumber yang sangat luas. Sedangkan Elizabeth Sulzby (1986), mengatakan literasi merupakan kemampuan berbahasa yang dimiliki seseorang dalam berkomunikasi, baik membaca, berbicara, menyimak dan menulis. Pada sisi lain, Harvey J. Graff (2006) lebih sederhana memaknai literasi sebagai kemampuan dalam diri seseorang untuk membaca dan menulis serta menarik kesimpulan.


Dalam perkembangannya, literasipun mengalami evolusi. Dan secara kritis, literasi itu lebih mengacu pada memahami bacaan, menyimpulkan bacaan, menggunakan pemahaman dari bacaan menganalisanya, serta mentransformasikannya ke dalam tulisan. Artinya, mempunyai kompetensi dari kelima kemampuan, itulah yang disebut dengan literasi zaman sekarang.


Untuk membincangkan literasi tersebut, kita teringat dengan asal katanya dari bahasa latin “literatus” yang artinya orang yang belajar. Dalam konteks ini, literasi erat kaitannya dengan proses membaca dan menulis serta memahami materi pelajaran. Membaca disini bukan hanya secara harfiah, tetapi juga maknawi. Apa yang tersirat dibalik yang tersurat, maka harus bisa kita baca dan pahami.


Kemampuan seperti inilah yang diharapkan ada, dan dipunyai pada peserta didik di sekolah. Budaya literasi harus ditumbuhkan sejak dini di jenjang pendidikan dasar. Literasi dasar di sekolah ini supaya dipahami siswa yang mencakup membaca, menyimak, menulis dan berhitung.


Kemampuan literasi bagi seseorang akan mempengaruhi pencapaian peserta didik dalam prestasi akademiknya. Pada tingkat SLTP, literasi meningkat dengan literasi pustaka. Dalam hal ini, siswa SMP dituntut untuk bisa memperggunakan literatur kepustakaan sebagai sumber belajar dan membedakan buku fiksi atau non fiksi. 


Lebih lanjut ditingkat SLTA, apalagi di Perguruan Tinggi, literasi lebih sedikit kompleks dengan membaca media visual ataupun audio visual yang visualisasinya melalui media IT. Dalam hal ini mereka bisa memanfaatkan media internet, mengoperasikan software dan hardware untuk menunjang pembelajaran.


Berdasarkan paparan ini, maka dapat kita pelajari bahwa gerakan literasi harus dibudayakan semenjak dini. Guru harus banyak membaca buku untuk menambah wawasan. Siswa harus mencintai buku dan gemar membaca dengan memahami serta memaknainya. 


Gerakan literasi sekolah (GLS) yang ditawarkan Kemdikbud melalui kurikulum 2013, sangat mendukung peningkatan kompetensi peserta didik dalam pencapaian prestasi. Keluasan wawasan seseorang sangat ditentukan oleh kecakapan literasinya dalam menyerap informasi.


Kualitas pendidikan di Indonesia saat ini masih rendah. Dari 59 negara yang disurvei Worl Competition Yearbook (WYC) tahun 2017 Indonesia berada di peringkat 57. Agung Pardini (2018).


Penomena demikian adalah pe-er bagi semua guru untuk memacu literasi peserta didiknya. Mengingat tahun ini, Ujian Nasional diganti dengan Asesmen Kompetensi Minimum (AKM) atau istilah kerennya Asesmen Nasional Berbasis Komputer (ANBK), maka literasi dan numerasi sangat menentukan pengerjaan soal dalam ANBK ini.

Seyogianya, mari kita persiapkan diri dan peserta didik dengan literasi dan numerasi menuju sukses ANBK siswa, dan AKM guru beserta Kepala Sekolah di penghujung November 2021 ini.

Selamat Berjuang ... !


Sumber Bacaan :

- Agung Pardini, Merawat Indonesia Dengan Cerdas Literasi, 2018

- Vanya K. Mulia Putri, Literasi Digital, Kompas.Com, 2020

- Kemdikbud, Sekolah di Sekolah Dasar, Direktorat Pendidikan Dasar dan Menengah, 2016

- Fahri Abdillah, Memahami Literasi, 2021

Kemdikbud, Survei Internasional PIRLS, 2016

- Literasi dan Numerasi, 2009. (online) http://edu.gov.on.ca/literasinumerasi, diakses 25 nov 2021.

- Devri Suherdi, Literasi digital dimasa Pandemik, 2021

- M. Haidar, Pemanfaatan Literasi Digital, Post Pikiran Rakyat.com, 2021.