Narapidana Lapas Bukittinggi Produksi Ribuan Sandal Hotel Berkualitas -->

Iklan Cawako Sawahlunto

Narapidana Lapas Bukittinggi Produksi Ribuan Sandal Hotel Berkualitas

Rabu, 06 September 2023
Warga Binaan Lapas Bukittinggi memproduksi sandal hotel di bengkel kerja Lapas.


Bukittinggi - Narapidana atau Warga Binaan Pemasyarakatan (WBP) di Lembaga Pemasyarakatan (Lapas) Kelas IIA Bukittinggi telah berhasil memproduksi ribuan pasang sandal hotel yang dapat dipasarkan di hotel dan penginapan di daerah tersebut setiap bulannya.


"Produksi sandal hotel atau slipper merupakan bagian dari program pembinaan kemandirian produktif yang terus ditingkatkan sebagai upaya mendorong kemandirian warga binaan, sedikitnya 5.000 pasang sandal bisa diproduksi setiap bulan," kata Kepala Lapas Bukittinggi, Marten, Selasa (5/9/2023).


Ia menjelaskan bahwa sandal ini diproduksi oleh belasan warga binaan terpilih setiap harinya dengan bantuan petugas Lapas.


"Setiap harinya produksi sandal hotel melibatkan 12 orang warga binaan yang dibagi sesuai tugas, mulai dari memotong bahan, menjahit, press menggunakan mesin, mencetak motif dan sablon, pengeleman hingga penghalusan hasil gunting bahan sandal sebanyak dua kali," ungkapnya.


Marten menekankan bahwa sandal hotel hasil karya WBP ini tidak kalah dengan produk yang beredar di pasaran.


"Sandal Hotel produksi Warga Binaan Pemasyarakatan Lapas Bukittinggi sangat diterima di pasar, kami mendorong bengkel kerja Lapas Bukittinggi untuk meningkatkan jumlah produksi," tambahnya.


Kegiatan produksi sandal ini dilakukan setiap hari mulai pukul 09.00 WIB hingga 15.00 WIB di bengkel kerja Lapas Kelas IIA Bukittinggi di Biaro.


"Saat ini, sandal hotel Lapas Bukittinggi sudah dikirimkan ke Novotel Bukittinggi sebanyak 1.000 pasang," jelasnya.


Ia juga mengungkapkan bahwa saat ini sudah ada empat hotel yang bekerja sama dengan Lapas Bukittinggi di Sumatera Barat (Sumbar).


Dari produksi lima ribu pasang sandal dalam sebulan, Lapas dapat meraup pendapatan mencapai Rp14 juta.


"Dari pendapatan tersebut, sebanyak 50 persen diberikan untuk warga binaan yang bekerja, sisanya untuk biaya operasional dan bahan," tuturnya.(des)