Menteri Luar Negeri AS Sebut Situasi Terkini di Timur Tengah Berbahaya -->

Iklan Atas

Menteri Luar Negeri AS Sebut Situasi Terkini di Timur Tengah Berbahaya

Selasa, 30 Januari 2024


Menteri Luar Negeri AS, Antony Blinken


Jakarta - Menteri Luar Negeri AS, Antony Blinken, menyatakan bahwa situasi di Timur Tengah saat ini dianggap sebagai yang paling berbahaya sejak tahun 1973. Pernyataan ini disampaikan dalam konferensi pers bersama dengan Sekretaris Jenderal NATO, Jens Stoltenberg, di Washington DC pada awal pekan ini.


Pada Minggu (28/1/2024), tiga tentara AS tewas dan puluhan lainnya terluka dalam serangan pesawat tak berawak di pos militer AS di timur laut Yordania, dekat perbatasan dengan Suriah. Presiden Joe Biden menyalahkan kelompok militan yang diduga didukung oleh Iran sebagai pelaku serangan tersebut. Meskipun demikian, Presiden Biden menyatakan bahwa Amerika Serikat masih mengumpulkan fakta terkait insiden tersebut.


Iran menepis tuduhan Presiden Biden yang menuding keterlibatan Teheran dalam serangan tersebut. Kemarin, Gerakan Houthi di Yaman mengklaim melancarkan serangan rudal baru terhadap kapal militer AS, Lewis B Puller, di Teluk Aden. "Sebagai respons terhadap agresi AS-Inggris terhadap negara kami, tadi malam, Angkatan Laut Yaman menembakkan rudal yang sesuai ke kapal Angkatan Laut AS Lewis B Puller ketika kapal itu sedang berlayar di Teluk Aden," ungkap Juru Bicara Militer Houthi, Yahya Saria, pada Senin (29/1/2024).


Pada November lalu, kelompok Houthi yang menguasai sebagian besar Yaman Utara dan Barat bersumpah untuk menyerang kapal yang terkait dengan Israel hingga pasukan zionis menghentikan aksi militer di Jalur Gaza. Houthi menyatakan bahwa tindakan mereka ini bertujuan mendukung warga Palestina yang ditindas dan dibantai oleh zionis di wilayah kantong tersebut di tengah berkecamuknya konflik antara Hamas dan Israel. Sebagai respons, Amerika Serikat, sebagai sekutu Israel, melancarkan serangkaian serangan terhadap kelompok Houthi bersama Inggris, menghantam puluhan lokasi di Yaman yang dianggap sebagai infrastruktur militer Houthi. Sejak itu, Houthi menganggap semua kepentingan AS di Laut Merah sebagai target serangan yang sah bagi mereka.(des)