Tradisi Tangkap Ikan di Kuranji Hulu Sambut Maulid Nabi -->

Iklan Cawako Sawahlunto

Tradisi Tangkap Ikan di Kuranji Hulu Sambut Maulid Nabi

Sabtu, 14 September 2024

Wali Nagari Kuranji Hulu, Kecamatan Sungai Garingging, Kabupaten Padang Pariaman, Sumatera Barat Salman Hardani melempar jala untuk menangkap ikan.


Paritmalintang – Masyarakat Nagari Kuranji Hulu, Kecamatan Sungai Garingging, Kabupaten Padang Pariaman, Sumatera Barat, terus melestarikan tradisi menangkap ikan larangan menggunakan peralatan tradisional di sejumlah sungai menjelang peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW.


"Tradisi ini sudah berlangsung lama dan dilaksanakan setiap tahun menjelang Maulid Nabi Muhammad SAW," kata Wali Nagari Kuranji Hulu, Salman Hardani, di Sungai Geringging, Kamis.


Menurutnya, kegiatan ini tidak hanya mempererat silaturahmi antarwarga dan perantau yang pulang kampung, tetapi juga memperkuat kebersamaan masyarakat setempat.


Ikan yang ditangkap di sungai-sungai tersebut, seperti ikan Gariang dan Kulari, tidak hanya disantap bersama keluarga, tetapi juga dijadikan lauk untuk nasi bungkus pada puncak acara Maulid Nabi yang akan digelar pada Selasa (17/9).


"Warga akan membawa nasi bungkus ke Masjid Jamiak saat peringatan Maulid, dan ikan hasil tangkapan bisa dijadikan lauknya," ujarnya.


Salman menambahkan, tradisi ini akan terus dipertahankan karena tidak hanya mempererat silaturahmi, tetapi juga menggerakkan ekonomi masyarakat, dengan banyaknya pedagang yang berjualan di sekitar sungai.


Beragam alat tradisional digunakan warga untuk menangkap ikan, mulai dari senapan khusus, jala, hingga perangkap yang terbuat dari kayu dan bambu, yang dipasang sebelum tradisi ini dimulai.


Dalam pelaksanaannya, warga dilarang menggunakan bahan kimia atau alat setrum untuk menangkap ikan, demi menjaga kelestarian ikan kecil.


Salah satu warga, Riswandi, menjelaskan bahwa ia dan beberapa warga lainnya membuat perangkap ikan tradisional bernama Sukam selama empat hari.


Perangkap ini bekerja dengan mengarahkan aliran sungai ke satu titik yang membentuk air terjun kecil. Di bawah air terjun, kayu-kayu kecil disusun dengan jarak tertentu, sehingga ikan yang terbawa arus akan terperangkap.


Warga juga memasang daun di ujung saluran air untuk membuat ikan bersembunyi, sehingga ikan akhirnya terbawa arus ke perangkap.


"Ikannya masuk sendiri, jadi tidak perlu usaha lebih," kata Riswandi.


Sementara itu, warga lainnya, Ramadhani, menggunakan alat perangkap ikan bernama Lukah, yang terbuat dari bambu. Alat ini dipasang di air dan ditutup dedaunan agar ikan masuk untuk berlindung. Setelah perangkap dirasa penuh, warga akan mengangkatnya untuk mengambil ikan yang terperangkap. (des)