Iran Luncurkan 180 Rudal ke Israel, Klaim 90% Mengenai Sasaran -->

Iklan Cawako Sawahlunto

Iran Luncurkan 180 Rudal ke Israel, Klaim 90% Mengenai Sasaran

Minggu, 06 Oktober 2024

Siapa pemasok senjata Iran?


Jakarta - Iran menarik perhatian internasional setelah meluncurkan sekitar 180 rudal ke Israel pada malam Selasa (1/10) waktu setempat. Angkatan Bersenjata Iran mengklaim bahwa 90 persen dari rudal tersebut berhasil mencapai target, termasuk Iron Dome dan beberapa pangkalan militer Israel.


Selama ini, Iran berupaya meningkatkan kemampuan militernya guna mencapai kemandirian, memperkuat langkah pencegahan, serta memperoleh status dan pengaruh yang dianggap sebagai hak untuk membela diri. Kemandirian di berbagai sektor, terutama di bidang militer, merupakan prinsip dasar yang diusung oleh revolusi Islam Iran pada tahun 1979.


Di tengah komitmen tersebut, serangkaian serangan rudal baru-baru ini oleh Iran ke Israel memunculkan diskusi tentang negara-negara yang menyuplai senjata kepada Teheran. Berikut adalah beberapa negara yang menjadi importir senjata ke Iran:


Rusia

Rusia telah menjadi pemasok utama senjata konvensional bagi Iran dalam beberapa dekade terakhir. Hubungan kedua negara ini semakin erat, terutama setelah Presiden Vladimir Putin melancarkan invasi ke Ukraina. Rusia sering mentransfer pengetahuan dan teknologi terkait program rudal balistik, serta teknologi nuklir sipil dan senjata kimia serta biologi, menurut Arms Control Association.


Transfer pengetahuan ini berkontribusi pada pengembangan rudal, termasuk rudal balistik Iran. Saat ini, Iran memiliki lebih dari 3.500 rudal permukaan ke udara, termasuk produksi dalam negerinya, yaitu rudal Sayyad dan Raad. Pada tahun 2016, Rusia juga mengirimkan rudal anti-pesawat S-3000 ke Iran.


Kerja sama senjata antara Iran dan Rusia dapat ditelusuri sejak tahun 1989, ketika pejabat tinggi Iran mengunjungi Moskow dan menjalin kontrak senjata. Setelah runtuhnya Uni Soviet, kontrak tersebut dilanjutkan oleh Rusia.


China

Iran dan China memiliki hubungan yang erat. Pada tahun 2023, Iran dan Saudi Arabia berhasil membuka kembali hubungan diplomatik berkat mediasi dari China setelah terputus selama tujuh tahun. Sejumlah pengamat berpendapat bahwa jika terjadi konflik di Timur Tengah, Amerika Serikat mungkin akan campur tangan, dan China akan membantu Iran.


Dari tahun 1980 hingga 1999, China menjual senjata kepada Iran yang bersumber dari Uni Soviet, dengan modifikasi yang memiliki teknologi rendah namun dijual dengan harga penuh. China juga membantu Iran dalam membangun pusat produksi untuk berbagai platform militer, seperti rudal jelajah, artileri, kendaraan lapis baja, dan roket peluncur.


Iran juga menerima dukungan signifikan dalam program senjata nuklir, biologi, dan kimia dari Beijing pada tahap awal, seperti yang dilaporkan oleh Observer Research Foundation.


Korea Utara

Iran dan Korea Utara telah menjalin kerjasama panjang dalam memperkuat persenjataan militer masing-masing. Korea Utara dikenal sebagai penyuplai utama teknologi rudal bagi Iran, dan pejabat dari negara Asia Timur ini pernah mengunjungi Teheran untuk membantu mengembangkan program rudal.


Pejabat Amerika Serikat mencurigai bahwa Pyongyang juga telah memberikan data terkait uji coba rudal kepada Teheran, seperti yang dinyatakan oleh Arms Control Association. Selain itu, Korea Utara juga memasok persenjataan kepada Iran saat Perang Iran-Irak.


Korea Utara bersedia untuk berbagi teknologi nuklir meskipun negara tersebut menghadapi sanksi dari komunitas internasional. Benjamin Young, seorang pakar Korea Utara di Virginia Commonwealth University, menyatakan bahwa Iran berambisi untuk memiliki program nuklir yang setara dengan Korea Utara. "Kemampuan Korea Utara dalam mengembangkan senjata nuklir dengan cepat sangat mengagumkan bagi Republik Islam itu," ujar Young, sebagaimana dilaporkan oleh Radio Free Europe. (des*)