![]() |
Roket PSLV-C45 milik Organisasi Penelitian Luar Angkasa India (ISRO) lepas landas dari Pusat Luar Angkasa Satish Dhawan di Sriharikota membawa EMISAT pada bulan April 2019. |
Jakarta – Kunjungan resmi Presiden Prabowo Subianto ke New Delhi sebagai tamu utama pada parade Hari Republik India 2025 membuka peluang besar bagi pengembangan kerja sama antara Indonesia dan India, khususnya di sektor antariksa. Hal ini semakin relevan mengingat Indonesia saat ini tengah memperkuat kemampuan dan infrastruktur teknologi antariksa, sementara India telah menunjukkan keberhasilan dalam berbagai misi luar angkasanya.
Indonesia memiliki rencana ambisius dalam "Peta Antariksa 2045" untuk berpartisipasi dalam misi luar angkasa pada tahun yang dikenal sebagai "Indonesia Emas." Oleh karena itu, kemitraan dengan negara-negara yang memiliki kemampuan antariksa canggih, seperti India dan Organisasi Penelitian Antariksa India (ISRO), menjadi semakin penting.
India telah berhasil meluncurkan inisiatif antariksa yang hemat biaya, menjadikannya mitra yang ideal bagi Indonesia dalam mewujudkan ambisi antariksa 2045. Kolaborasi ini tidak hanya mempererat hubungan bilateral, tetapi juga mendukung agenda pembangunan berkelanjutan Global Selatan.
Sejarah Kerja Sama Antariksa Indonesia-India
Dilansir dari Hindustan Times, hubungan antara ISRO dan Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (LAPAN), yang kini menjadi bagian dari Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) sejak 2021, telah terjalin sejak akhir 1990-an. Salah satu tonggak penting dalam kerjasama ini adalah Nota Kesepahaman (MoU) pada tahun 1997 untuk pembangunan Stasiun Telemetri, Pelacakan, dan Komando (TTC) di Biak.
Pada 2002, hubungan ini semakin erat dengan penandatanganan MoU lainnya selama kunjungan Presiden Megawati Sukarnoputri ke India, yang memperluas kerja sama ke bidang ilmu dan teknologi antariksa.
Kemitraan ini semakin diperkuat dengan perjanjian kerangka kerja yang ditandatangani saat kunjungan Perdana Menteri Narendra Modi ke Indonesia pada Mei 2018. Perjanjian tersebut mencakup eksplorasi antariksa secara damai, penginderaan jarak jauh, dan pengembangan infrastruktur satelit.
Peta Antariksa 2045
Peta Antariksa Indonesia 2045 mengarah pada peluncuran 19 satelit ke orbit rendah bumi pada 2025. Rencana ambisius ini bertujuan untuk memperkuat posisi Indonesia dalam industri antariksa global serta mengurangi ketergantungan pada satelit asing.
Meskipun sudah ada kemajuan dalam pengembangan satelit, Indonesia menghadapi tantangan dalam kemampuan peluncuran akibat terbatasnya infrastruktur dan kendala anggaran. Terbatasnya investasi asing juga memperburuk situasi ini.
Pengembangan pelabuhan antariksa canggih untuk mengurangi ketergantungan pada lokasi peluncuran asing merupakan salah satu aspek penting dari strategi Indonesia, namun upaya ini menghadapi kesulitan dalam menarik investasi asing.
Misalnya, selama Pertemuan Pemimpin Ekonomi Antariksa G20 2023 dan Forum Badan Antariksa Regional Asia-Pasifik, Indonesia mengajukan proposal kepada mitra seperti China, Rusia, Jepang, Korea Selatan, dan India, namun kurang mendapatkan dukungan. China, yang sebelumnya merupakan mitra penting, kini mengurangi keterlibatannya setelah peluncuran roket yang gagal pada April 2020.
Di sisi lain, India berusaha menarik perhatian SpaceX milik Elon Musk dengan menawarkan insentif seperti slot waktu peluncuran yang lebih fleksibel dan penggunaan roket yang dapat digunakan kembali. Keberhasilan India dalam berbagai misi antariksa sebelumnya, seperti peluncuran satelit A1/Tubsat LAPAN pada 2007, menunjukkan potensi mereka untuk membantu Indonesia.
Kemitraan yang Menguntungkan
Rahul Mishra, peneliti senior dari Thammasat University, Thailand, dan Harshit Prajapati dari Jawaharlal Nehru University, New Delhi, dalam artikelnya di Hindustan Times menyatakan bahwa di tengah persaingan dengan China di bidang eksplorasi antariksa, India bersedia menggantikan peran Beijing dalam mendukung pengembangan teknologi dan infrastruktur antariksa Indonesia.
Kepala BRIN Laksana Tri Handoko menekankan bahwa isu ruang angkasa merupakan prioritas bagi Indonesia dan dapat menjadi bagian dari kebijakan luar negeri Indonesia di bawah pemerintahan Presiden Prabowo.
Hal ini membuka kemungkinan kemitraan yang lebih dalam dan berkelanjutan antara Indonesia dan India. Kerja sama ini tidak hanya terbatas pada peluncuran satelit dan pembangunan infrastruktur, tetapi juga dapat melibatkan pertukaran pengetahuan, pengembangan kapasitas, dan inovasi bersama, yang dapat mendorong pertumbuhan bersama kedua negara.
Kolaborasi antariksa ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi kedua negara, mendukung kemajuan teknologi Indonesia di bidang antariksa, dan memperkuat hubungan bilateral antara Indonesia dan India. Selain itu, kemitraan ini juga berpotensi memperluas pengaruh India di kawasan Indo-Pasifik dan berkontribusi pada pembangunan berkelanjutan di Global Selatan.(BY)