![]() |
ilustrasi |
Jakarta - Proses pencarian korban terus dilakukan setelah terjadinya tabrakan antara pesawat penumpang dan helikopter militer Black Hawk di Amerika Serikat.
Dua sumber dari pihak penegak hukum dan satu sumber yang mengetahui peristiwa tersebut mengonfirmasi bahwa hingga saat ini, tidak ada korban yang ditemukan selamat. Mereka menyebutkan bahwa pesawat penumpang yang jatuh ke Sungai Potomac, Washington, DC, setelah bertabrakan dengan helikopter Black Hawk, hancur total.
Menurut sumber tersebut, pihak berwenang tengah bersiap menghadapi tragedi paling mematikan di Washington, DC dalam beberapa dekade terakhir, yang mengingatkan pada insiden pesawat Air Florida yang menabrak Jembatan 14th Street, yang menghubungkan Arlington, Virginia, dan Washington, DC, pada tahun 1982.
Pesawat penumpang yang jatuh di Sungai Potomac dekat Bandara Ronald Reagan, Washington, DC, merupakan milik maskapai American Airlines.
Maskapai penerbangan tersebut menyatakan bahwa pesawat jet komersial yang jatuh ke Sungai Potomac pada Rabu malam (29/1) waktu setempat membawa 60 penumpang dan empat awak. Pesawat itu jatuh ke sungai setelah bertabrakan dengan helikopter militer Black Hawk di sekitar Bandara Reagan National Airport.
"Penerbangan American Eagle 5342 yang terbang dari Wichita, Kansas (ICT), menuju Washington, D.C. (DCA) terlibat dalam kecelakaan di DCA," ujar maskapai dalam pernyataannya. "Pesawat tersebut membawa 60 penumpang dan empat awak," tambahnya, seperti dilansir oleh AFP pada Kamis (30/1/2025).
Di sisi lain, seorang pejabat Angkatan Darat AS mengatakan bahwa helikopter militer yang terlibat dalam kecelakaan tersebut adalah model Black Hawk, yang mengangkut tiga tentara sebagai awak. Kondisi mereka belum diketahui.
Washington Post mengutip sumber anonim yang menyebutkan bahwa polisi mulai menarik beberapa jenazah dari Sungai Potomac.
Presiden Donald Trump "telah diberitahu tentang situasi ini dan tragisnya, tampaknya sebuah helikopter militer bertabrakan dengan pesawat jet regional," ujar Sekretaris Pers Karoline Leavitt di Fox News, seperti dilansir AFP pada Kamis (30/1/2025).(des*)