Motor Bensin Akan Dikonversi ke Listrik, Korea Selatan Mulai Studi Serius -->

Iklan Muba

Motor Bensin Akan Dikonversi ke Listrik, Korea Selatan Mulai Studi Serius

Selasa, 29 April 2025
Ilustrasi. 


Jakarta – Pemerintah Korea Selatan tengah mengintensifkan langkah menuju transportasi ramah lingkungan dengan mempertimbangkan konversi motor berbahan bakar bensin menjadi motor listrik. Inisiatif ini menjadi bagian dari strategi jangka panjang dalam mendorong elektrifikasi sektor kendaraan roda dua di negara tersebut.

Melalui Kementerian Lingkungan Hidup, pemerintah telah meluncurkan program studi selama delapan bulan untuk menilai kelayakan konversi sepeda motor bermesin bensin menjadi kendaraan listrik. Jika hasil kajian menunjukkan potensi positif, maka skema ini akan dibawa ke tahap implementasi yang lebih luas di tengah masyarakat.

Menurut laporan Rideapart, dorongan ini muncul dari data yang menunjukkan bahwa motor tua bermesin 50 cc menghasilkan emisi hidrokarbon hingga 279 kali lebih tinggi dibandingkan mobil tua sejenis. Selain pencemaran udara, motor lawas ini juga menyumbang polusi suara yang signifikan, dengan lonjakan keluhan kebisingan mencapai hampir 80 persen dari tahun 2022 ke 2023.

Proyek ini masih berada dalam tahap persiapan dan belum menjadi kebijakan nasional. Tujuannya adalah untuk memastikan bahwa konversi semacam ini layak secara teknis, aman, dan dapat diterapkan dalam skala besar.

Konversi motor bensin ke listrik dianggap sebagai solusi jangka menengah, terlebih sejak 2018 motor listrik baru telah mendapatkan subsidi dari pemerintah. Namun, adopsi kendaraan roda dua listrik masih berjalan lambat. Pada tahun 2023, tercatat hanya sekitar 8.200 unit sepeda motor listrik yang terdaftar, atau baru sekitar 28,5 persen dari target resmi.

Masalah utama yang dihadapi pengguna adalah keterbatasan daya jelajah motor listrik murah, yang rata-rata hanya mampu menempuh 64–80 km dalam satu kali pengisian. Ini jelas menjadi kendala bagi pengguna dengan mobilitas tinggi seperti pengemudi ojek online atau kurir, yang sering menempuh lebih dari 100 km per hari.

Beberapa perusahaan lokal seperti BlueWing Motors mulai merespons kebutuhan ini dengan mengembangkan teknologi konversi, bahkan menggandeng mitra dari kawasan Asia Tenggara. Di sisi lain, LG Energy Solution—salah satu produsen baterai terbesar dunia—juga mempercepat pengembangan teknologi tukar baterai (battery swapping) untuk mendukung ekosistem kendaraan listrik roda dua.

Meski demikian, tantangan teknis masih menjadi hambatan besar. Penyesuaian distribusi berat, manajemen panas, serta pemenuhan standar keselamatan harus menjadi prioritas utama, mengingat ketatnya regulasi otomotif di Korea Selatan.

Pemerintah juga tengah menyusun kerangka hukum dan panduan teknis agar konversi ini dapat dilakukan dengan aman dan efisien. Jika berhasil, kebijakan ini tidak hanya akan mengurangi emisi karbon secara signifikan, tetapi juga memperpanjang masa pakai kendaraan dan menekan volume limbah otomotif yang dihasilkan industri.(BY)