Perkuat Posisi Sebagai Sentra Bawang Merah Nasional, Solok Gunakan Teknologi Drone -->

Iklan Muba

Perkuat Posisi Sebagai Sentra Bawang Merah Nasional, Solok Gunakan Teknologi Drone

Maifil Eka Putra
Jumat, 25 April 2025

.



Solok, fajarsumbar.com - Di tengah fluktuasi pasokan bawang merah nasional akibat bencana banjir di kawasan Pantura Jawa, Kabupaten Solok, Sumatera Barat, tampil sebagai penopang utama stabilisasi harga dan distribusi. 

Produksi bawang merah Solok yang mencapai 216.148 ton pada 2023 menempatkannya sebagai produsen terbesar kedua nasional setelah Brebes. Keberhasilan ini tidak hanya bertumpu pada luasan lahan, tetapi juga berkat keberlanjutan panen sepanjang tahun di tiga kecamatan utama: Lembah Gumanti, Lembang Jaya, dan Danau Kembar.


Kini, geliat pertanian Solok memasuki babak baru dengan hadirnya teknologi mekanisasi di lahan-lahan subur Alahan Panjang. Kelompok Tani Kumbang Jantan Rimbo Tinggi menjadi pionir penggunaan drone untuk penyemprotan dan pemupukan. 


Dalam uji coba pada Minggu (20/4), efisiensi penggunaan pupuk dan pestisida tercatat meningkat hingga 30 persen. “Penyemprotan jadi lebih merata dan mengurangi risiko kesehatan petani,” ujar pegiat pertanian lokal, Nofrins Napilus kepada Fajar Sumbar, kemarin (24/4/2025) di Alahan Panjang.


Penggunaan drone ini menjadi sinyal kuat bahwa petani Solok mulai menyadari pentingnya efisiensi dan inovasi. Inisiatif yang lahir dari keingintahuan petani lokal ini, menurut Nofrins, merupakan contoh keberhasilan adopsi teknologi berbasis komunitas. Ia menjembatani kerja sama dengan tim pilot drone dari Jakarta, yang turut memberikan pelatihan langsung di lapangan secara gratis.

Dengan produktivitas tinggi yang mampu menghasilkan hingga 600 ton bawang merah per hari untuk wilayah Sumatera, modernisasi menjadi keharusan. “Dengan skala sebesar ini, pendekatan berbasis teknologi bukan lagi pilihan, tapi kebutuhan,” tegas Nofrins. Apalagi Solok kini menjadi penyuplai utama ke berbagai kota seperti Medan, Pekanbaru, Jambi, hingga Aceh, dan mulai memperluas jangkauan ke Jawa, termasuk Jakarta.


Namun, tantangan masih membayangi kemajuan tersebut. Akses distribusi di beberapa wilayah Solok belum optimal, dengan kondisi jalan yang belum sepenuhnya mendukung mobilitas alat dan hasil panen. Selain itu, masih banyak lahan pertanian yang mengalami blank spot sinyal, menjadi hambatan bagi pengembangan pertanian presisi dan pemantauan berbasis digital secara real-time.


Meski begitu, semangat dan inisiatif petani Solok telah menandai babak baru pertanian berbasis inovasi. Dengan komoditas andalan seperti bawang merah varietas SS Sakato dan Singkil yang dikenal harum dan tahan simpan, serta dorongan mekanisasi pertanian, Solok bukan hanya sekadar “Brebes-nya Sumatera”, tapi juga representasi masa depan pertanian cerdas Indonesia.(*)