![]() |
Seorang petani Garu sedang memanen hasil kehunua, u tuk dipasarkan, sayang ahrganya saat ini jauh turun drastis dari biasa (Abg) |
Pinti Kayu, nama daerah kecilnya, satu satunya daerah pemasok Garu terbanyak di Solok Selatan, bahkan di zaman era reformasi 97 lalu tanaman dari India ini harganya sangat melonjak tinggi, sehingga waktu itu perekonomian masyarakat Pakan Rabaa Timur itu boleh dibilang sejahtera dan warga berduyun duyun menanam. komoditi itu.
Namun beberapa tahun terakhir ini harga Garu selalu anjlok dibawah angka normal, membuat petani meninggalkan lahan Garunya dibiarkan merimba dan tidak terawat lagi.
Beruntung warga Pinti Kayu kala itu mengalami peralihan perekonomian yang sangat signifikan dan menjanjikan, sejumlah infestor menemukan butiran butiran emas disejumlah anak sungai, sehingga warga berbondong bondong pula ke arah sana, memang saat itu pengolahan biji emas sangat. menjanjikan buat warga setempat, sehingga tinggalah tanaman Garu seperti tidak bertuan.
Bertahun lamanya warga mengolah atau menambang emas, yang namanya tambang emas semakin lama tentu terkikis habis dan sering berpindah tempat, warga sering bolak balik gonta ganti mata pencarianya.
Kini pengolaan emas di nagari itu sudah tidak menjanjikan lagi, petani kembali kemasa lampau dengan mengolah dan membersihkan kembali kebun Garunya, memang disayangkan harga komoditi dari India itu harganya tidaknlagi selangit, entah permainan tengkulak entah dari sononya.
Bayangkan dulu tiga tahun belakang, harga Garu itu bisa mencapai Rp 350 ribu satu kilo kering dan basah bisa Rp 80 ribu perkilonya, sekarang harga kering saja hanya Rp 80 ribu dan basa ditawar Rp 11 ribu saja.
Rina salah seorang petani Garda Munggu ( Garu) mengatakan, hasil panen kebun Garunya memang agak lumayanlah, setiap kali panen bisa membawa 3 karung Garu berisi 35 kg, namun Rina menyayangkan harga saat ini sangat jauh dibawah standar, kalau dijual basah dengan harga hanya Rp 11 per kilo sangat rugi, lebih baik kita jemur sampai kering lalu dijual dengan harga saat ini hanya Rp 80 ribu lumayanlah.
Para tengkulak atau toge Garu selalu bermain dengan harga membuat petani Garu ini Garut garut kening," ucap ibu tiga anak itu. (Abg)