![]() |
Bos Toyota Ungkap Mobil Listrik Bisa Tingkatkan Emisi Karbon, Ini Alasannya. |
Jakarta – Perkembangan mobil listrik terus meningkat secara global, ditandai dengan kemunculan berbagai produsen baru yang menawarkan kendaraan berteknologi tinggi dengan harga terjangkau. Namun, pendekatan berbeda diambil oleh Toyota Motor Corporation, yang memilih tidak terpaku pada satu solusi tunggal untuk mobilitas ramah lingkungan.
Mengutip laporan dari Carscoops, Senin (5/5/2025), Chairman Toyota, Akio Toyoda, menegaskan bahwa perusahaannya tetap berkomitmen pada pendekatan multi-jalur. Toyota tidak hanya berfokus pada kendaraan listrik berbasis baterai (BEV), tapi juga terus mengembangkan teknologi hybrid, plug-in hybrid, hingga mobil berbahan bakar hidrogen.
Emisi Karbon Jadi Fokus Utama
Menurut Toyoda, tujuan utama Toyota adalah menekan emisi karbon secara menyeluruh. Ia menyoroti bahwa kendaraan listrik memang tidak menghasilkan emisi saat digunakan, tetapi proses produksi baterai serta pembangkitan listrik—terutama di negara yang masih bergantung pada bahan bakar fosil—bisa berdampak besar terhadap lingkungan.
“Sudah ada sekitar 27 juta unit kendaraan hybrid Toyota yang terjual. Dampaknya terhadap lingkungan setara dengan 9 juta mobil listrik. Namun, jika 9 juta mobil listrik itu digunakan di Jepang—yang masih mengandalkan pembangkit listrik berbahan bakar fosil—maka total emisi bisa justru meningkat,” ujar Toyoda.
Jalan Toyota: Banyak Teknologi, Satu Tujuan
Strategi multi-pathway yang diusung Toyota didasarkan pada keyakinan bahwa berbagai teknologi bisa berjalan beriringan untuk menciptakan mobilitas yang lebih berkelanjutan. Selain mengembangkan kendaraan listrik, perusahaan juga menjajaki teknologi mesin pembakaran internal yang menggunakan bahan bakar sintetis serta mobil berbahan bakar hidrogen.
“Kami tidak memilih hanya satu arah. Semua jalur teknologi kami pertimbangkan, selama tujuan akhirnya adalah menurunkan emisi karbon,” tambah Toyoda.
Lebih jauh, Toyoda juga mengingatkan adanya risiko sosial-ekonomi apabila transisi ke kendaraan listrik dilakukan secara terburu-buru. Ia menyebut bahwa perubahan drastis ke BEV bisa mengancam sekitar 5,5 juta pekerjaan di industri otomotif Jepang.
Pada tahun sebelumnya, Toyoda pernah memprediksi bahwa meskipun kendaraan listrik akan terus berkembang, pangsa pasarnya secara global mungkin hanya mencapai 30 persen dari total penjualan mobil dalam jangka panjang.(BY)