![]() |
. |
Padang, fajarsumbar.com – Mimpi Barcelona untuk kembali merajai Eropa harus kandas di hadapan ketangguhan Inter Milan. Dalam laga leg kedua semifinal Liga Champions yang digelar dinihari tadi, Barcelona tersingkir dengan agregat 7-6 setelah kalah dramatis 4-3 dari Inter dalam laga yang berlangsung hingga perpanjangan waktu.
Pertarungan dua raksasa Eropa ini seperti deja vu laga klasik mereka 15 tahun lalu. Barcelona, yang tampil tanpa mesin gol Robert Lewandowski, kembali menggantungkan harapan pada keajaiban talenta muda Lamine Yamal. Namun malam ini, keajaiban itu tak cukup menyelamatkan Blaugrana dari badai yang datang dari Nerazzurri.
Inter langsung menyentak sejak peluit pertama. Baru 30 detik laga berjalan, Marcus Thuram mencetak gol tercepat dalam sejarah semifinal Liga Champions dengan sontekan keras yang tak mampu dibendung Marc-André ter Stegen. Stadion pun terhenyak.
Keunggulan Inter bertambah di menit ke-20. Denzel Dumfries menunjukkan skill luar biasa dengan tendangan voli akrobatik yang menghujam jala Barcelona. Tertinggal dua gol, Barca nyaris tenggelam.
Tapi Lamine Yamal, bocah ajaib berusia 17 tahun, menyalakan kembali nyala semangat. Aksinya melewati tiga pemain Inter dan melepaskan tembakan kaki kiri ke tiang jauh menjadi gol indah di menit ke-24. Yamal yang tengah mencatatkan penampilan ke-100-nya bersama tim utama tampil luar biasa, nyaris mengulang magisnya beberapa menit kemudian.
Barcelona menyamakan kedudukan lewat Ferran Torres di menit ke-38. Kerja sama apik dengan Raphinha dituntaskan dengan sepakan terukur yang menembus gawang Yann Sommer. Skor 2-2 menutup babak pertama penuh ledakan.
Memasuki babak kedua, Inter kembali unggul lewat Dumfries yang mencetak gol keduanya melalui sundulan tajam hasil sepak pojok Hakan Calhanoglu di menit ke-63. Tapi Barca hanya butuh dua menit untuk kembali menjawab. Raphinha melepaskan tembakan keras dari luar kotak penalti yang membentur mistar, memantul, dan masuk setelah mengenai punggung Sommer — sebuah gol yang menggambarkan betapa dramatisnya laga ini.
Skor 3-3 bertahan hingga 90 menit berakhir, memaksa laga dilanjutkan ke perpanjangan waktu. Di sinilah segalanya berubah.
Kejutan pertambahan waktu
Saat stamina mulai menipis dan mental diuji, Inter menunjukkan kualitasnya sebagai tim matang. Henrikh Mkhitaryan yang sebelumnya sempat mencetak gol namun dianulir, akhirnya menjadi pembeda. Di menit ke-117, dia memanfaatkan kelengahan lini belakang Barcelona dan mencetak gol penentu kemenangan.
Gol itu menghantam jantung Barcelona yang telah habis-habisan berjuang. Peluit panjang dibunyikan, skor 4-3 untuk Inter di leg kedua dan agregat 7-6 memastikan tiket final menjadi milik Nerazzurri.
Meski kalah, sorotan malam ini tetap tertuju pada Lamine Yamal. Penampilannya yang nyaris tanpa cela membuatnya dielu-elukan sebagai “Messi baru”. Kreativitas, ketenangan, dan keberanian di usia muda menegaskan bahwa Barcelona memiliki berlian masa depan. Namun, sepak bola bukan hanya soal individu, dan kali ini tim tak mampu mengangkat potensi Yamal menjadi kemenangan.
Inter, yang sempat datang dengan catatan tiga kekalahan beruntun, justru tampil tenang, solid, dan mematikan. Mereka berhasil memanfaatkan celah di lini pertahanan Barca dan membuktikan bahwa mereka belum habis di panggung Eropa.(Ab)