RSUD Sungai Dareh Bantah Tudingan Malpraktik, Tegaskan Penanganan Sudah Sesuai SOP -->

Iklan Muba

RSUD Sungai Dareh Bantah Tudingan Malpraktik, Tegaskan Penanganan Sudah Sesuai SOP

Rabu, 07 Mei 2025
.


Dharmasraya, fajarsumbar.com – Manajemen Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Sungai Dareh dengan tegas membantah tudingan adanya kelalaian medis dalam penanganan dua korban kecelakaan lalu lintas, masing-masing berinisial P (18 tahun) dan A (19 tahun), yang diketahui merupakan mahasiswa Universitas Dharmasraya Indonesia (Undhari). 


Salah satu korban, P, dilaporkan meninggal dunia setelah mendapat penanganan intensif di Instalasi Gawat Darurat rumah sakit tersebut.


Pernyataan resmi itu disampaikan langsung oleh Direktur RSUD Sungai Dareh, Sartinovita, S.Si., Apt., MKM., dalam konferensi pers di Aula RSUD, Selasa (6/5/2025). Dia didampingi Ketua Komite Medik dr. Hendresta, Sp.P (FISR), Kabid Pelayanan Medik dr. Ridia Dityarika, Kabid Penunjang Medik M. Biomed, serta Kabid Keperawatan Ns. Elvi Nora, S.Kep.


Menurut Sartinovita, seluruh tindakan medis yang dilakukan pihak rumah sakit terhadap pasien telah sesuai dengan standar operasional prosedur (SOP) yang berlaku. Ia menekankan bahwa tidak ada perlakuan diskriminatif atau pengabaian terhadap pasien mana pun.


“Petugas medis kami bekerja bukan hanya karena tugas profesi, tetapi juga karena rasa tanggung jawab moral. Tidak ada satu pun tindakan yang diambil tanpa pertimbangan medis yang matang,” tegasnya.


Kronologi Penanganan Pasien P

Sartinovita menjelaskan secara detail bahwa pasien berinisial P masuk ke IGD RSUD Sungai Dareh pada Senin, 5 Mei 2025 pukul 05.26 WIB. 


Ia merupakan pasien rujukan dari Puskesmas Sitiung I dengan kondisi yang sudah sangat berat. Pasien datang dengan tingkat kesadaran (GCS) hanya 10 dari nilai maksimal 15, yang mengindikasikan adanya gangguan neurologis berat akibat kecelakaan lalu lintas.


Selain kesadaran yang menurun, tanda-tanda vital pasien juga menunjukkan kondisi kritis. Tekanan darah 80/60 mmHg, denyut nadi 68 kali/menit, suhu tubuh 36°C, dan refleks cahaya negatif. 


Ditemukan juga fraktur terbuka pada tulang paha (femur), fraktur tertutup pada tulang lengan (humerus), serta luka robek di wajah dan paha.


“Tindakan pertama kami adalah resusitasi cairan melalui dua jalur infus, penjahitan luka, dan pemasangan bidai. Namun kondisi pasien sangat tidak stabil,” jelas Sartinovita.


Upaya pemeriksaan radiologi sempat dilakukan namun terhambat karena pasien dalam keadaan gelisah dan sulit diarahkan. Pukul 07.35 WIB, pasien dikonsulkan ke dokter spesialis ortopedi, yang menyarankan agar segera dirujuk ke rumah sakit dengan fasilitas yang lebih lengkap, khususnya yang memiliki dokter bedah saraf dan urologi.


Pihak RSUD Sungai Dareh kemudian berupaya melakukan rujukan ke berbagai rumah sakit di Sumatera Barat, Riau, dan Jambi melalui sistem Sisrute dan komunikasi langsung via WhatsApp. Namun, seluruh rumah sakit rujukan menolak karena tidak tersedia tenaga medis spesialis yang dibutuhkan.


Baru pada pukul 12.47 WIB, RSUP M. Djamil Padang menyetujui permintaan rujukan. Sayangnya, kondisi pasien P pada pukul 12.05 WIB sudah memburuk. Tim medis melakukan Resusitasi Jantung Paru (RJP) selama 45 menit, namun nyawa pasien tidak berhasil diselamatkan dan dinyatakan meninggal dunia pukul 12.50 WIB.


Sementara itu, pasien kedua yang juga merupakan korban kecelakaan, berinisial A, masuk IGD pada pukul 04.46 WIB. Ia datang dalam keadaan sadar dengan luka terbuka di alis kanan, lecet pada dada dan kedua lutut, serta mengalami hematoma di area mata.


Tim medis segera melakukan pemeriksaan tanda vital dan tindakan awal seperti pemasangan infus, pemberian obat-obatan, serta pemeriksaan laboratorium dan radiologi. Setelah dikonsultasikan dengan dokter bedah, pasien dijadwalkan menjalani operasi pukul 14.00 WIB.


Sejak pukul 07.00 WIB pasien sudah dipuasakan sesuai protokol pra-operasi. Pasien kemudian dipindahkan ke ruang rawat bedah pukul 08.30 WIB dan diantar ke ruang operasi tepat pukul 14.00 WIB. Operasi berjalan lancar dan selesai pukul 16.00 WIB, dan pasien kini dalam pemulihan di ruang rawat inap.


Menutup konferensi pers, Sartinovita kembali menegaskan bahwa pihaknya tidak menutup diri terhadap kritik, namun ia berharap masyarakat memahami bahwa kondisi medis darurat sangat kompleks dan tak semua hal bisa ditangani secara instan.


“Kami berduka atas kehilangan ini. Namun kami pastikan seluruh langkah yang kami tempuh telah sesuai prosedur dan penuh dedikasi. Kami juga terbuka jika pihak keluarga ingin berdialog atau mendapatkan klarifikasi lebih lanjut,” ujarnya.(Fani SA)