Jakarta – Maskapai penerbangan bertarif rendah asal Singapura, *Jetstar Asia*, akan resmi menghentikan seluruh operasinya pada 31 Juli 2025. Keputusan ini merupakan bagian dari strategi restrukturisasi yang dilakukan oleh perusahaan induknya, *Qantas Airways* yang berbasis di Australia.
Penutupan operasional ini berdampak signifikan, dengan lebih dari 500 karyawan di Singapura akan kehilangan pekerjaan. Jetstar Asia memastikan bahwa pihaknya akan memberikan dukungan kepada para pegawai terdampak, termasuk melalui skema kompensasi dan bantuan pencarian kerja, baik di dalam jaringan Qantas Group maupun di luar perusahaan.
Dalam pernyataan resminya, Jetstar Asia menyebutkan bahwa mereka akan tetap menjalankan penerbangan dari Singapura selama tujuh minggu ke depan, meski dengan frekuensi yang terus menurun hingga operasi dihentikan secara total pada akhir Juli.
Qantas juga mengonfirmasi bahwa sebanyak 16 rute intra-Asia akan terpengaruh akibat penutupan ini. Namun, layanan Jetstar Airways (JQ) dan Jetstar Japan (GK) menuju dan dari Asia akan tetap berjalan normal. Layanan internasional Jetstar Airways yang beroperasi dari dan ke Australia juga tidak akan mengalami perubahan.
Penumpang yang terdampak oleh pembatalan penerbangan akan dihubungi langsung dan diberikan pilihan pengembalian dana penuh atau penjadwalan ulang penerbangan jika memungkinkan. Selain itu, Jetstar Asia telah menyiapkan laman web khusus untuk memberikan informasi terbaru bagi para pelanggan.
Alasan Penutupan Jetstar Asia
Jetstar Asia mengungkapkan bahwa keputusan untuk menghentikan operasional dipicu oleh lonjakan biaya operasional dalam beberapa tahun terakhir, termasuk biaya pemasok, bandara, dan operasional penerbangan. Selain itu, meningkatnya kapasitas dan persaingan di kawasan juga turut menekan keberlangsungan bisnis.
Maskapai ini diperkirakan mengalami kerugian sebesar A\$35 juta atau sekitar Rp370 miliar sebelum keputusan untuk menghentikan operasinya diambil. CEO Qantas, Vanessa Hudson, mengungkapkan bahwa beberapa biaya pemasok bahkan meningkat hingga 200 persen, menjadikan model tarif rendah Jetstar Asia tidak lagi berkelanjutan secara finansial.
CEO Jetstar Asia, John Simeone, menyatakan, "Meski telah dilakukan berbagai upaya, kondisi pasar saat ini membuat kami tidak lagi mampu mempertahankan model tarif rendah yang menjadi identitas kami."
Nasib Karyawan dan Tanggapan Pihak Terkait
Serikat pekerja *Singapore Manual & Mercantile Workers’ Union (SMMWU)* telah berkoordinasi dengan manajemen Jetstar Asia guna memastikan para karyawan menerima kompensasi yang layak. Sekjen SMMWU, Andy Lim, menegaskan bahwa pihaknya akan menyediakan bantuan penempatan kerja lintas industri, layanan konsultasi karier, serta bantuan keuangan jika diperlukan.
Sementara itu, *Changi Airport Group (CAG)* menyampaikan kekecewaannya atas keputusan ini namun tetap menghormati pertimbangan bisnis maskapai. CAG menegaskan bahwa prioritas utama saat ini adalah memastikan kelancaran perjalanan penumpang selama masa transisi.
Jetstar Asia tercatat mengoperasikan sekitar 180 penerbangan per minggu dari Bandara Changi dan melayani 2,3 juta penumpang sepanjang tahun 2024 — menyumbang sekitar 3% dari total lalu lintas bandara.
Dari 16 rute yang terdampak, 12 di antaranya masih dilayani oleh 18 maskapai lain dengan lebih dari 1.000 penerbangan mingguan. CAG menyatakan akan terus memantau rute-rute tersebut dan siap bekerja sama dengan maskapai lain untuk mengisi kekosongan layanan.
CAG juga menyebutkan upaya untuk memulihkan konektivitas ke empat destinasi yang selama ini hanya dilayani oleh Jetstar Asia dari Changi, yakni Broome (Australia), Labuan Bajo (Indonesia), Okinawa (Jepang), dan Wuxi (Tiongkok).
"Kami menghargai kerja sama kami dengan Qantas Group, dan akan terus menjalin kolaborasi untuk mendukung kehadiran mereka di Bandara Changi,” tutur CAG.
Sebagai bagian dari penutupan ini, 13 armada Jetstar Asia akan dialokasikan kembali ke dalam jaringan Qantas Group untuk memperkuat dan memperluas layanan mereka di Australia dan Selandia Baru, seiring dengan pertumbuhan permintaan di kawasan tersebut.
CEO Jetstar Group, Stephanie Tully, menyampaikan, “Jetstar Asia telah menjadi bagian penting dari keluarga Jetstar selama lebih dari dua dekade. Hari ini adalah momen yang sangat emosional bagi tim kami, para pelanggan, dan seluruh grup.”(des*)