Final Liga Askot PSSI Sawahlunto 2025: Dua Madrasah di Ujung Puncak -->

Iklan Atas

Final Liga Askot PSSI Sawahlunto 2025: Dua Madrasah di Ujung Puncak

Selasa, 07 Oktober 2025
Dua arsitek muda dan para bintang lapangan siap menyalakan panasnya final Liga Askot PSSI Sawahlunto 2025 — (dari kiri ke kanan) pelatih MTsN 2 Meko Suhendro, pemain MTsN 2 Muhammad Rajib, pemain MTsN 1 Muhammad Gery Ramadhan, dan pelatih MTsN 1 Mustapa Abdullah— duel strategi dan semangat juang menuju puncak di Lapangan Ombilin. (foto pelatih/arif muhajirin lentera kota dan foto pemain/bubuik red)


Oleh: Anton Saputra (Wartawan Madya Sertifikasi Dewan Pers)


SORE di Lapangan Ombilin akan segera berubah menjadi panggung sejarah. Kamis, 9 Oktober 2025, dua tim terbaik akhirnya bertemu dalam duel puncak Liga Askot PSSI Sawahlunto tingkat SLTP sederajat. Di bawah langit Kota Arang, MTsN 2 (Tsandu) dan MTsN 1 (Singa Lubuak Maung) bersiap memainkan laga yang telah mereka impikan sejak peluit pertama turnamen berbunyi.


Langkah Sempurna dari Tsandu

Sejak awal kompetisi, Tsandu melangkah dengan penuh keyakinan. Barisan pemain muda asuhan Meko Suhendro tampil disiplin, rapi, dan konsisten. Mereka tak hanya bermain untuk menang, tapi juga untuk menjaga reputasi yang telah dibangun sepanjang musim.


Dua puluh gol tercipta tanpa satu pun kebobolan, menjadikan Tsandu simbol kestabilan dan kekompakan. Setiap pertandingan mereka lalui dengan ketenangan dan kendali penuh, seolah seluruh elemen tim sudah memahami irama yang sama.


Kejutan dari Singa Lubuak Maung

Di sisi lain, MTsN 1 datang dari jalur yang lebih berliku. Tak banyak yang menempatkan mereka di daftar unggulan pada awal turnamen. Namun langkah demi langkah, tim ini membuktikan daya tahannya.


Dengan total dua belas gol dan lima kebobolan, Singa Lubuak Maung memperlihatkan keseimbangan antara keberanian menyerang dan ketangguhan bertahan. Mereka bukan tim yang bergantung pada satu bintang, melainkan kelompok pemain yang tumbuh bersama melalui kerja keras dan rasa percaya.


Duel Dua Filsafat Sepak Bola

Pertemuan dua madrasah ini adalah pertemuan dua gaya, dua filosofi, dan dua cara pandang terhadap permainan. Tsandu tampil terstruktur dan mengandalkan kolektivitas tinggi dalam menekan lawan sejak awal. Sementara Singa Lubuak Maung mengandalkan fleksibilitas dan kemampuan membaca situasi di lapangan.


Final nanti bukan hanya soal siapa yang lebih kuat, melainkan siapa yang mampu menjaga ketenangan di bawah tekanan. Dalam pertandingan sebesar ini, detail kecil sering menjadi pembeda antara kemenangan dan penyesalan.


Mimpi di Balik Lapangan Ombilin

Bagi Sawahlunto, final ini memiliki arti yang jauh lebih besar daripada sekadar perebutan gelar juara. Kompetisi pelajar ini adalah bagian dari proses panjang menghidupkan kembali semangat sepak bola di kota yang dahulu dikenal dengan kejayaan PS GAS Sawahlunto, tim legendaris yang berjuluk Laskar Gunung Arang.


Di bawah arah kebijakan pemerintah kota dan pengurus Askot PSSI Sawahlunto, pembinaan usia muda kini mulai menemukan bentuknya. Liga ini menjadi bukti bahwa akar sepak bola Sawahlunto masih tumbuh kuat, disiram semangat para pelatih, guru, dan anak-anak sekolah yang berlari tanpa lelah di bawah terik matahari sore.


Kota Arang dan Harapan yang Menyala

Di pinggir Lapangan Ombilin, dukungan masyarakat menjadi warna tersendiri. Para siswa, orang tua, dan warga kota datang membawa semangat kebersamaan yang khas. Mereka tahu, apa yang terjadi di lapangan bukan sekadar permainan, melainkan cermin dari proses panjang membangun karakter generasi muda Sawahlunto.


Dari setiap peluit, sorakan, dan peluh yang jatuh di tanah Ombilin, lahir keyakinan baru bahwa olahraga mampu menjadi jembatan menuju masa depan yang lebih cerah. Liga Askot PSSI Sawahlunto tak hanya melahirkan juara, tapi juga menanamkan nilai-nilai sportivitas, disiplin, dan cinta terhadap tanah kelahiran.


Dan ketika peluit akhir berbunyi nanti, pemenang sejatinya bukan hanya tim yang mengangkat piala, melainkan Sawahlunto itu sendiri — kota yang kembali menyalakan bara semangat dari lapangan kecil di tengah sejarah tambang yang tak pernah padam. (*_*)