Buaya Kembali Muncul di Batang Antokan, BKSDA Imbau Warga Berhati-hati -->

Iklan Atas

Buaya Kembali Muncul di Batang Antokan, BKSDA Imbau Warga Berhati-hati

Senin, 19 April 2021
Buaya sedang berjemur di pinggiran Batang Antokan di Padang Kiau Padang Sago, Nagari Mangopoh, Kecamatan Lubuk Basung, Kabupaten Agam


Lubuk Basung, fajarsumbar.com - Buaya (crocodylus porosus) kembali muncul di sungai Batang Antokan tepatnya di Padang Kiau, Jorong Sago, Nagari Manggopoh, Kecamatan Lubuk Basung, Kabupaten Agam, Sumatra Barat, Minggu (18/4).


Untuk menghindari agar tidak terjadi serangan pada manusia. Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Sumatera Barat melalui Resort Agam mengimbau warga sepanjang Sungai Batang Antokan, Kabupaten Agam, agar  hati-hati dan meningkatkan kewaspadaan saat berada di sungai itu, karena buaya muara (crocodylus porosus) sedang muncul ke pemukaan.


"Ini dalam rangka agar warga tidak diserang buaya itu," kata Kepala Resor Konservasi Sumber Daya Alam (KSDA) Agam, Ade Putra di Lubuk Basung, Senin (19/4)


Kemunculan buaya itu menjadi viral di media sosial milik warga sekitar, karena lokasi munculnya buaya itu sudah jauh dari muara atau jauh dari hilir sungai tersebut.


"Sungai Batang Antokan memang merupakan habitat buaya muara, namun buaya itu muncul jauh dari muara," katanya.


Ia menambahkan, petugas Resor KSDA Agam akan ke lokasi tempat muculnya buaya muara itu dalam waktu dekat.


Saat ini, tambahnya, petugas sedang menangani konflik antar manusia dengan satwa liar jenis harimau Sumatera di Cubadak Lilil dan Sari Bulan, Nagari Tigo Balai, Kecamatan Matur.


Penanganan konflik yang mengakibatkan dua kerbau warga dimangsa harimau itu bakal berakhir beberapa hari kedepan, karena Resor KSDA Agam memasang dua kandang jebak untuk mengevakuasi harimau itu.


"Kita memantau kandang jebak itu setiap hari, sembari melakukan patroli di lokasi," katanya.


Ia mengakui,  kejadian konflik antara manusia dan satwa liar selama Januari sampai 18 April 2021 sebanyak 11 kasus.


Pada 2020 jumlah kasus konflik antara manusia dengan satwa liar sebanyak 10 kasus dan pada 2019 sebanyak 11 kasus.


"Pada tahun ini konflik antara manusia dengan satwa liar cukup tinggi, karena berselang empat bulan sudah 11 kasus terjadi," katanya. (Yanto)