Longsor di Jepang sampai HUT Pemimpin Junta Myanmar -->

Iklan Atas

Longsor di Jepang sampai HUT Pemimpin Junta Myanmar

Selasa, 06 Juli 2021

 

 

Ilustrasi petugas penyelamat di Jepang memeriksa mobil yang tersapu banjir bandang di Kota Atami. (via REUTERS/KYODO)


Jakarta - Berbagai peristiwa terjadi di berbagai belahan dunia pada Senin (6/7) kemarin. Mulai dari proses evakuasi korban longsor di Jepang sampai ulang tahun pemimpin junta Myanmar. CNNIndonesia.com merangkum sejumlah kejadian tersebut dalam kilas internasional.


Sebanyak empat orang ditemukan tewas dan 80 orang lainnya hilang akibat longsor yang terjadi setelah hujan lebat mengguyur Kota Atami, Jepang, selama akhir pekan.


Satu dari tiga korban tewas merupakan seorang wanita. Para korban ditemukan tersapu lumpur longsor yang membawa berbagai reruntuhan bangunan dan batang pohon.


Longsor dilaporkan terjadi sekitar pukul 10.30 waktu setempat pada Sabtu (3/7) di Kota Atami yang berjarak 90 kilometer sebelah barat daya Ibu Kota Tokyo. Kota Atami merupakan pusat wisata mata air panas yang berada di lereng curam. Banjir bandang membawa material lumpur dan puing-puing bangunan di sungai sepanjang 2 kilometer sebelum bermuara ke laut.


Lebih dari 1.500 petugas SAR dikerahkan untuk mencari warga yang hilang dengan menyisir setiap rumah yang hancur dan terkubur lumpur.



Para pengunjuk rasa Myanmar merayakan ulang tahun pemimpin junta Jenderal Min Aung Hlaing dengan membakar fotonya dan menggelar acara pemakaman tiruan, Sabtu (3/7).


Demonstran anti-kudeta mengunggah di media sosial gambar hidangan sup mi tradisional mohinga, yang biasanya disajikan pada acara pemakaman Myanmar.


Asosiasi Bantuan untuk Tahanan Politik (AAPP) Myanmar melaporkan hampir 890 warga sipil yang menolak kudeta pada 1 Februari lalu tewas akibat kekerasan rezim militer usai. Sedangkan hampir 6.500 penduduk yang dituduh terlibat aksi unjuk rasa atau kerusuhan ditangkap.


Di Mandalay, kota terbesar kedua di negara itu, beberapa aktivis membakar foto-foto pemimpin junta dan membakar peti mati di pemakaman.



Pemerintah Inggris berencana untuk tidak lagi mewajibkan penggunaan masker selepas mengakhir masa penguncian wilayah (lockdown) tengah pandemi virus corona.


Inggris berencana mencabut penguncian wilayah pada 19 Juli di bawah peta jalan yang telah disusun pemerintah.


Di sisi lain, Perdana Menteri Inggris, Boris Johnson, meminta para penduduknya mulai belajar hidup berdampingan dengan virus corona (Covid-19).


"Saat kita mulai belajar hidup berdampingan dengan virus ini, kita harus tetap berhati-hati dalam menangani risiko Covid-19 dan melatih diri untuk mengambil keputusan yang menyangkut kehidupan kita. Namun, saya menekankan pandemi belum berakhir dan kemungkinan akan terjadi kenaikan kasus dalam beberapa pekan mendatang," kata Johnson dalam jumpa pers di London, seperti dilansir Reuters, kemarin. (*).