Basuluah Kaliliang Kampuang, Cara Koto Katiak Merawat Tradisi Maulid Nabi -->

Iklan Atas

Basuluah Kaliliang Kampuang, Cara Koto Katiak Merawat Tradisi Maulid Nabi

Sabtu, 23 Oktober 2021
Tradisi Basuluah Kuliliang Kampuang  rabgkaian peringatan Maulid Nabi di Koto Katiak, Padang Panjang.


Padang Panjang, fajarsumbar.com - Dinginnya udara malam di Kelurahan Koto Katik yang terletak di kaki bukit itu  tidak menghambat langkah puluhan warga. 


Di tangan mereka ada suluah (obor) yang terbuat dari  bambu. 

Apinya menyala, menari-nari ditiup angin malam. 


Basuluah dimulai dari Masjid Aufu Bil Uqud.


Selepas salat Isya, mereka bergerak serentak. Berjalan kaki mengelilingi kampung di kelurahan yang terdiri 4  rukun tetangga (RT) itu. 


Selain kelap-kelip api yang menyala di ujung suluah, langkah mereka diiringi salawat nabi dan bunyi tabuhan rebana. 


Mereka melewati setiap jalan di daerah tersebut, terus menuju Islamic Center dan kembali ke Masjid Aufu Bil Uqud. 


Mengakhiri kegiatan, mereka makan bersama di atas dulang di dalam masjid.


Ini adalah  tradisi  rangkaian memperingati Maulid Nabi Muhammad SAW. 


Setiap tahun masyarakat  Koto Katiak, Kecamatan Padang Panjang Timur menggelar Basuluah Kaliliang Kampuang.  Tahun ini berlangsung Rabu malam lalu.


Setiap tahun, setiap peringatan Maulid Nabi, tradisi ini dilaksanakan. Tak banyak yang tahu kapan persisnya tradisi ini mulai dilaksanakan. Yang jelas mereka merawat tradisi lokal itu dengan tetap merayakannya dengan berbagai agenda kemasyarakatan, salah satunya basuluah.


“Basuluah Kaliliang Kampuang merupakan salah satu tradisi yang dilakukan warga Koto Katiak setiap tahunnya, sembari membawa obor yang terbuat dari bambu, bersumbu dari kain bekas diberi minyak tanah.


Peserta berjalan kaki mengelilingi kampung diiringi salawat dengan memainkan rebana.


Kegiatan ini diikuti hampir seluruh warga Koto Katiak.

Anggota Remaja Masjid tentu lebih banyak jumlahnya. Ada juga perangkat kelurahan. 


Sehari sebelumnya, rangkaian kegiatan dimulai dengan tradisi malamang. Lalu tablig akbar di Masjid Aufu Bil Uqud yang dibangun 1929 itu. 


Puncak acara, keesokan malamnya, barulah dihelat kegiatan Basuluah l.


Selain mempertahankan budaya lokal, kegiatan ini juga meningkatkan ukhwah Islamiyah. 


Mereka berkumpul bersama dan menjalin silaturahmi. Kompak dan bekerja sama dalam mengangkat acara. (hmd/syam)