Banjir Lanyau 21 Desa di Ketapang Kalbar, 2.208 Rumah di Tujuh Kecamatan Terendam -->

Iklan Atas

Banjir Lanyau 21 Desa di Ketapang Kalbar, 2.208 Rumah di Tujuh Kecamatan Terendam

Jumat, 12 November 2021
Petugas ukur kedalaman banjir. (dok bpbd ketapang)


Jakarta  – Berdasarkan data Pusat Pengendalian Operasi (Pusdalops) BNPB yang berhasil dihimpun BPBD Kabupaten Ketapang per Kamis (11/11) pukul 19.00 WIB, sebanyak 2.208 rumah warga terdampak banjir di Kabupaten Ketapang, Provinsi Kalimantan Barat. Meluasnya dampak banjir ini juga tercatat dari yang sebelumnya terdapat 13 desa terdampak kini menjadi 21 desa.


Selain menyebabkan rumah warga terendam, banjir ini juga berdampak pada sejumlah fasilitas umum diantaranya 1 unit sarana ibadah, 1 unit kantor desa, 1 unit gedung serbaguna, 1 unit lapangan sepak bola,  dan 1 unit lapangan bola voli. Ketinggian muka air berkisar antara 20 - 50 sentimeter.


Hasil pemantauan di lapangan, saat ini kondisi banjir di beberapa titik mengalami kenaikan. BPBD Kabupaten Ketapang menghimbau kepada para warga untuk selalu waspada terhadap banjir susulan, dengan memantau perkembangan debir air di Sungai Pawan.


Banjir di Kota Banjarbaru, Kalimantan Selatan

Banjir juga terjadi di salah satu wilayah administratif Provinsi Kalimantan. Banjir terjadi setelah hujan yang terjadi di Kota Banjarbaru, Provinsi Kalimantan Selatan pada Kamis (11/11) pukul 17.00 WITA. 


BPBD Kota Banjarbaru melaporkan terdapat tiga kecamatan yang terdampak kejadian ini yakni Kecamatan Cempaka, Kecamatan Banjar Baru Selatan dan Kecamatan Landasan Ulin. Tim dari BPBD Kota Banjarbaru diturunkan guna melakukaan pendataan dan kaji cepat dilapangan. Dalam upaya mengantisipasi adanya potensi banjir susulan, evakuasi terhadap warga masih dilakukan mengingat kondisi dilokasi saat ini masih hujan ringan. 


Antisipasi dampak fenomena La Nina yang terjadi di sejumlah wilayah Indonesia hendaknya dapat dilakukan secara bijak. Pengembalian fungsi lahan juga dianggap perlu. Upaya pencegahan deforestasi secara besar-besaran terus diperkuat agar fungsi lahan maupun hutan dapat dikembalikan sebagai daerah penyerapan air yang optimal. (bnpb/ab)