Atraksi pertunjukan di Stasiun Kareta Api Padang Panjang. |
Padang Panjang - Panggung Publik Sumatera (PPS) ke-5 kolaborasi Komunitas Teater Sakata dengan Pemko Padang Panjang melalui Dinas Pemuda Olahraga dan Pariwisata (Disporapar) kembali digelar.
PPS merupakan program tahunan dari Komunitas Teater Sakata yang diketuai Enrico Alamo, M.Sn. Ini merupakan kegiatan seni budaya yang diadakan langsung di tengah-tengah masyarakat atau ruang publik yang menghadirkan berbagai aktraksi dan pertunjukan seni.
Setelah lima tahun vakum, tahun 2021 ini, iven budaya PPS kembali digelar di salah satu tempat bersejarah di Padang Panjang, yaitu Stasiun Kereta Api. Dengan mengusung tema khusus "Kabar dari Stasiun Kereta Api".
"Stasiun Kereta Api Kota Padang Panjang yang dibangun tahun 1889, memiliki potensi artistik luar biasa dan mengagumkan. Mampu membangun imajinasi, gagasan besar dan kecil dari para seniman. Alasan inilah yang mendorong Teater Sakata memilih Stasiun Kereta Api sebagai ruang dialektika budaya bagi seniman dan masyarakat," terang Ketua Pelaksana, Tya Setiawati, Rabu (17/11).
Dalam iven ini, Komunitas Teater Sakata mengundang beberapa seniman, baik dari Sumatra Barat maupun dari luar untuk bergabung dan berpartisipasi dalam pertunjukan seni PPS ke-5 ini.
Kegiatan yang diadakan selama dua hari ini, menampilkan beberapa pertunjukan seni. Di antaranya pertunjukan pantomim yang menceritakan asal mula Stasiun Kereta Api Padang Panjang, oleh seniman dari Kota Bandung, Dede Dablo.
Juga ada pertunjukan tari kontemporer oleh Eli Susanti yang berjudul "Bastapuh". Karya ini menggambarkan Stasiun Kereta Api dengan sinopsis, "daya tahan akan rapuh dimakan waktu, akan hilang dimakan usia. Yang rapuh yang terlupakan, yang hilang yang dikenang. Rel, gerbong, besi, tua, rapuh, terkikis, tertinggal, terlupakan, saksi, jiwa, dan sejarah tidak akan selamanya mampu menopang keadaan karena pengaruh kekuatan".
Tak hanya itu, masih banyak pertunjukan yang ditampilkan di PPS ini. Seperti pertunjukan monolog oleh KiKi Listiani, noise/eksperimen musik oleh Avant Garde Dewa Gugat, Tari Nusantara oleh Andriko Saputra, karawitan oleh Etnic Percussion, dan iringan music akustik oleh Bonsai Entertaiment.
Selain pertunjukan seni, juga diadakan workshop yang menghadirkan instruktur Della Nasution, S.Sn dan Dede Permana, S.Sn. Juga diskusi bersama, penulis, kritikus, pengamat Seni, Heru Joni Putra yang mengusung tema diskusi "Seni di Ruang Publik, Sebuah Alternatif?"
Menurut Tya, sejak penyelenggaraan pertama tahun 2021, para pegiat seni dari berbagai kota di Sumatera hadir, melibatkan diri dalam perhelatan ini. Turut membangun apresiasi seni dan "peradaban", berbaur menciptakan ruang estetik baru, mengembalikan hakekat seni kepada masyarakatnya. Mengajak untuk bersama-sama berkreatif sebagai bentuk kecintaan terhadap literasi, menyongsong peradaban kota menjadi lebih baik. (syam)