Rusia masih menggempur Ukraina dan terbaru, Moskow diduga meluncurkan rudal jelajah ke wilayah Ukraina di hari ke-27 invasi ke negara itu. |
Jakarta - Rusia diduga menembakkan rudal jelajah yang meluncur dari kapal di lepas pantai Semenanjung Crimea, tepat di barat Sevastopol, menuju wilayah Ukraina.
Peluncuran rudal itu terekam dalam sebuah video yang beredar di media.
"Jelas ada kapal dari kejauhan. (Kapal) itu menembakkan sesuatu, tapi di mana Anda tak bisa melihatnya," kata seorang laki-laki dalam video itu yang berbahasa Rusia dikutip CNN, Rabu(23/3).
CNN sudah melakukan geolokasi video tersebut, dan rudal itu diyakini menuju Ukraina.
Meski begitu belum ada keterangan resmi mengenai siapa yang meluncurkan rudal itu baik dari pihak Rusia dan Ukraina. Namun, pertempuran tentara Rusia vs Ukrainadilaporkan kian sengit, di mana tentara Rusia disebut mulai kewalahan menghadapi perlawanan.
Pasukan Ukrainajuga dilaporkan kian leluasa bergerak dalam posisi menyerang dan tengah berupaya merebut kembali wilayah-wilayah yang tengah diduduki Rusia seperti Kota Kherson.
Sementara itu, Juru Bicara Kementerian Pertahanan Amerika Serikat, John Kirby mengatakan Washington telah melihat peningkatan aktivitas militer Rusia di utara Laut Hitam.
"Kami melihat ada indikasi beberapa pemboman di sekitar Odessa muncul dari laut, dari wilayah pihak yang tengah bertempur (kombatan). Saya tak bisa memberitahu Anda dengan tepat amunisi apa dan berapa banyak dan apa yang mereka ledakkan," kata Kirby pada Senin (21/3) lalu.
Ukrainaterus berada dalam gempuran Rusia sejak Moskow memutuskan invasi negara itu pada 24 Februari lalu.
Sejak saat itu, ledakan terus terjadi di sejumlah kota di Ukraina. Pasukan Rusia berusaha menguasai kota-kota namun mendapat perlawanan sengit dari pasukan Ukraina.
Bombardir yang terus berlangsung setiap hari membuat korban berjatuhan. Menurut PBB, tercatat 953 warga sipil tewas, termasuk 78 anak-anak, dan 1.557 orang yang dilaporkan terluka sejak invasi.
Sementara itu, menurut data layanan darurat Ukraina, korban tewas mencapai 2.000 orang.
Presiden Rusia, Vladimir Putin, bersedia mengakhiri invasi jika Ukraina menjadi negara netral dan tak bergabung dengan NATO, mengakui wilayah Crimea bagian dari Kremlin, demiliterisasi dan denazifikasi di wilayah timur Ukraina.(*)