Ukraina Curhat ke AS, Butuh 500 Rudal Javelin dan Stinger Setiap Hari -->

Iklan Atas

Ukraina Curhat ke AS, Butuh 500 Rudal Javelin dan Stinger Setiap Hari

Jumat, 25 Maret 2022

Ilustrasi rudal Javelin.


Jakarta - Ukraina disebut membutuhkan setidaknya 500 rudal anti-tank Javelin dan rudal anti pesawat Stinger setiap harinya untuk memperkuat pertahanan dari gempuran Rusia yang sudah berlangsung sebulan.


Kebutuhan ini terungkap dalam dokumen daftar permintaan militer tambahan yang diajukan Ukraina ke Amerika Serikat.


Seorang sumber kepada CNN mengatakan, permintaan jumlah rudal dari Ukraina kini lebih banyak daripada daftar permintaan senjata sebelumnya yang diberikan kepada Amerika beberapa pekan lalu, sebagaimana dikutip CNNindonesia.com.


Selain meminta kedua jenis rudal tadi, Ukraina juga meminta jet tempur, helikopter tempur, dan sistem anti-pesawat seperti S-300. Ada pula permintaan dua jenis jet tempur buatan Rusia.


Daftar permintaan baru ini muncul setelah Ukraina mengklaim mereka mengalami kekurangan senjata dalam menghadapi serangan Rusia.


Sebulan sudah diinvasi, pasukan Ukraina dilaporkan mulai leluasa melancarkan serangan balasan dan merebut sejumlah wilayah dari tentara Rusia. 


Meski begitu, Ukraina menuturkan masih membutuhkan bantuan logistik dan militer demi meningkatkan perlawanan terhadap pasukan Rusia.


Sementara itu, negara-negara NATO, termasuk AS, sejauh ini telah mengirimkan sekitar 17 ribu rudal anti-tank dan dua ribu rudal anti-pesawat ke Ukraina sampai pada 7 Maret.


Dilansir CNN, NATO juga terus mengirimkan senjata dan peralatan militer ke Ukraina, meski Rusia mengancam bakal mengganggu pengiriman alutsista ini.


Pada Februari lalu misalnya, paket bantuan militer AS senilai US$350 juta (Rp5 triliun) telah tiba di Ukraina. AS juga telah mengirimkan dua paket senilai US$1 miliar (Rp14 triliun) ke negara itu.


Tak hanya itu, sekutu AS, Inggris, menyatakan bakal mengirimkan enam ribu rudal ke Ukraina. Inggris juga bakal memberikan dana senilai 30 juta euro (Rp474 miliar) ke negara itu untuk mempertahankan diri dari serangan Rusia.(*)