Kota Lysychansk Digempur Habis-habisan oleh Rusia, Tentara Ukraina Diminta Mundur -->

Iklan Atas

Kota Lysychansk Digempur Habis-habisan oleh Rusia, Tentara Ukraina Diminta Mundur

Jumat, 24 Juni 2022

Pasukan Rusia mengempur habis-habisan Kota Lysychansk.


KIEV  - Pasukan Rusia mengempur habis-habisan Kota Lysychansk. Melihat hebatnya serangan itu, tentara Ukraina diminta mundur Gubernur Luhansk Serhiy Gaidai. 


Langkah ini untuk menghindari pengepungan pasukan Rusia. Sejauh ini dua desa yang berada di selatan kota itu sudah direbut pasukan Rusia sehingga ada kemungkinan daerah-daerah lain juga akan dikuasai.


Tentara Rusia tampaknya semakin dekat untuk merebut Provinsi Luhansk setelah sebagian besar wilayah di kota lain, Sievierodonetsk, dikuasai.  Sievierodonetsk dan Lysychansk adalah dua kota terakhir yang belum sepenuhnya direbut Rusia atau kelompok separatis pro-Moskow,sebagaimana dikutip iNews.id.


Merebut Luhansk merupakan salah satu tujuan operasi militer khusus Rusia di Ukraina, di samping Donetsk. Kedua kota itu menjadi medan pertempuran sengit selama beberapa pekan terakhir. Seorang pejabat Ukraina mengatakan gempuran Rusia di kota-kota tersebut sudah mencapai klimaks yang mengerikan.


Staf Umum Angkatan Bersenjata Ukraina pada Kamis kemarin mengonfirmasi jatuhnya Rai-Oleksandrivka dan Loskutivka, sekitar 5 km dari Lysychansk, ke tangan Rusia. Disebutkan pasukan Rusia berusaha mengepung tentara Ukraina yang bertahan di sana.


Gubernur Gaidai mengatakan pasukan Ukraina mungkin harus mundur atau menghadapi dua kemungkinan, gugur atau ditangkap sebagai tawanan. "Untuk menghindari pengepungan, komando bisa memerintahkan agar pasukan mundur ke posisi baru. Seluruh Lysychansk berada dalam jangkauan serangan mereka. Sangat berbahaya (berada) di kota," katanya.  


Militer Ukraina sangat jarang melaporkan kondisi, namun kepala komandan angkatan bersenjata Valery Zaluzhny mengatakan tentaranya harus selalu menyesuaikan diri dalam pertahanan. 


“Kami terpaksa melakukan pertahanan bergerak, menempati garis dan posisi yang lebih menguntungkan. Harga kebebasan itu mahal,” kata Zaluzhny.(*)