50 Persen Wilayah Indonesia Masih Alami Hujan di Atas Normal pada September-Oktober -->

Iklan Cawako Sawahlunto

50 Persen Wilayah Indonesia Masih Alami Hujan di Atas Normal pada September-Oktober

Senin, 22 Agustus 2022

Ilustrasi hujan deras.


Jakarta- Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) memprediksi 50 persen wilayah Indonesia masih akan mengalami hujan di atas normal. Fenomena itu terjadi pada September hingga Oktober 2022. 


“Kondisi hujan di atas normal ini diprakirakan akan berlanjut di bulan September dan Oktober dengan lebih dari 50 persen wilayah Indonesia akan mengalami curah hujan bulanan di atas normal,” kata Kepala BMKG, Dwikorita Karnawati, Senin (22/8/2022),sebagaimana dikutip iNews.id.


Dalam prediksi sebelumnya, pada awal Agustus, seharusnya 99 persen ZOM (Zona Musim) telah mengalami musim kemarau. Namun, hingga awal Agustus ini, jumlah ZOM yang telah memasuki musim kemarau baru mencapai 75 persen, yang mengindikasikan adanya beberapa wilayah yang mengalami keterlambatan memasuki musim kemarau. 


Sedangkan analisis hujan berdasarkan data di lebih dari 3.000 titik pengamatan di Indonesia menunjukkan pada bulan Mei, Juni dan Juli, kondisi hujan di atas normal terjadi di lebih dari 30 persen wilayah Indonesia.


Dwikorita menyebut fenomena hujan lebat dan cuaca ekstrem yang terjadi di sepanjang musim kemarau 2022 merupakan salah satu indikasi dampak perubahan iklim. 


Menurut Dwikorita, kombinasi berbagai faktor alam menjadikan sebagian wilayah Indonesia tetap dilanda hujan lebat bahkan mengalami cuaca ekstrem meski di waktu musim kemarau. Faktor alam tersebut yaitu menghangatnya suhu muka laut Indonesia, masih aktifnya fenomena La Nina dan terjadinya fenomena iklim IOD negatif (Indian Ocean Dipole). 


Dwikorita menerangkan, menghangatnya suhu muka laut di Indonesia menyebabkan peningkatan kadar uap air di atmosfer, sehingga potensi terbentuknya awan-awan hujan meningkat. 


“Fenomena La Nina, berkontribusi terhadap peningkatan curah hujan karena menyebabkan peningkatan suplai uap air dari arah Samudera Pasifik sedangkan fenomena IOD negatif menyebabkan peningkatan suplai uap air dari arah Samudera Hindia,” kata Dwikorita.(*)