Tradisi Turun Mandi yang Sudah Terlupakan di Minangkabau -->

Iklan Atas

Tradisi Turun Mandi yang Sudah Terlupakan di Minangkabau

Rabu, 15 Maret 2023
ilustrasi


Oleh: Kevin Juandri Pratama

(Mahasiswa Unand Jurusan Sastra Minangkabau)


Negara kita tercinta ini negara Indonesia memiliki keanekaan ragam suku bangsa, agama, Bahasa, dan adat istiadat yang berbeda satu sama lainnya, namun semboyan tunggal ika dapat mempersatukan perbedaan tersebut dan kaya dengan beragam kebudayaan. 


Dari 38 provinsi yang ada di Indonesia, semuanya mempunyai beragam jenis kebudayaan yang menjadi tradisi. Sumatera Barat (Sumbar) terkhusus Minangkabau memiliki “Tradisi Turun Mandi di Minangkabau”. Tradisi turun mandi merupakan upacara yang dilakukan oleh masyarakat ketika lahirnya seorang bayi ke dunia, Provinsi Sumatera Barat.

 

Turun mandi merupakan tradisi yang masih ada di daerah Minangkabau yang sampai saat ini masih ada dan dipertahankan di beberapa daerah di Sumatera Barat. Salah satunya yang ada di daerah Solok Selatan. 


Solok Selatan merupakan Kabupaten pemekaran dari Kabupaten Solok. Pada prinsipnya, fungsi upacara adat di Minangkabau dalam proses enkulturasi dan internalisasi terhadap dalam kehidupan masyarakat. Falsafah yang dimaksud adalah “Adat Basandi Syarak, Syarak Basandi Kitabullah”. 


Maksudnya adalah, adat di minangkabau adalah berdasarkan pada Syarak ( agama islam), dan agama itu dasarnya adalah al-qur’an. Selanjutnya falsafah ini dilengkapi dengan “Syarak mangato, adat mamakai”. 


Maksudnya adalah agama itu memberi perintah atau aturan, dan adat melaksanakan (memakai), tapi sayangnya tradisi yang turun temurun itu saat sekarang ini sudah mulai menghilang dan tidak dijalani lagi oleh masyarakat, sekarang masyarakat tidak percaya akan hal yang seperti itu lagih.


Padahal tujuan turun mandi adalah bentuk sujud syukur kepada allah SWT karena sudah diberikan nikmat berupa anak yang telah lahir di dunia ini dan membuat si anak menjadi orang yang arif bijaksana dan angkuh. Tetapi dengan seiringnya pertukaran zaman yang mana masih berlakunya kepercayaan.


Kepercayaan dari nenek moyang kita dahulu menjadi hilang karena adanya zaman teknologi canggih yang dimana masyarakat saat sekarang tidak peka dengan tradisi-tradisi zaman dahulu. Maka dari itu kebanyakan anak-anak zaman sekarang lupa dengan adat istiadat, sopan santun, dan semacamnya karena tidak terlaksana nya acara turun mandi. 


Tradisi turun mandi itu dilakukan pada bayi yang baru beberapa hari dilahirkan. Turun mandi dilakukan dengan membawa anak bayi ke sungai terdekat, yang sering dibawa adalah kesungai kecil yang airnya tidak terlalu deras. 


Dalam tradisi turun mandi juga tak lupa keluarga menyiapkan berbagai persyaratan yang sudah lumrah untuk disediakan pada kegiatan turun mandi ini. Syarat yang tidak tinggal dalam kegiatan turun mandi ini adalah keluarga menyediakan batiah bareh dan syarat utamanya adalah kegiatan turun mandi itu dilaksanakan dengan membawa dan memandikan bayi di sungai. 


Yang uniknya bagi penulis kenapa ketika acara turun mandi itu harus ada bibit karambia (kelapa) yang sudah tumbuh tunasnya. Tetapi tradisi yang seperti itu sudah jarang dilakukan dan sudah tidak dikenali oleh beberapa masyarakat Minangkabau. 


Di setiap upacara adat yang diciptakan oleh nenek moyang terdahulu, sudah pasti diselipkan tujuan dan manfaatnya masing-masing. Semua itu dilakukan supaya setiap kegiatan memiliki makna dan fungsinya yang bisa kita petik. 


Berikut beberapa Makna Turun Mandi Minangkabau;

1.Beryukur

Sebagai manusia, kita diharuskan untuk senantiasa bersyukur atas segala nikmat dan karunia yang diberikan oleh Allah SWT, termasuk ketika dikaruniai seorang anak. Nah, tradisi ini menjadi kegiatan pas ajang dalam mengekspresikan rasa syukur.

2.Menjaga Kekayaan Budaya


Makna atau Fungsi Turun Mandi yang kedua adalah sebagai upaya dalam merawat dan melestarikan kebudayaan yang ada, ditengah hiruk-pikuk modernisasi. Bahkan, syarat wajib upacara memandikan bayi di sungai bisa diganti di rumah, asalkan tradisi tidak terhenti tetap berjalan.


3.Silaturahmi

Salah satu tujuan pokok dari tradisi ini adalah untuk memperkenalkan kepada masyarakat bahwa salah satu bayi telah lahir ditengah-tengah mereka. Selain itu, juga mempererat tali silaturahmi sesama anggota masyarakat karena juga diadakan makan dan bercengkrama bersama.


Tata Cara Turun Mandi

Pertama : Palo Nasi dicampur dengan arang dan darah ayam, kemudian dua bejana diletakkan di tempat yang sudah ditentukan, dan satunya lagi dibawa hingga ke tempat pemandian

Kedua :  Upacara turun mandi dapat dilakukan setelah anak berumur 40 hari, ini dilakukan di beberapa daerah, tetapi tidak semuanya seperti itu. Ada pula yang dilakukan sebelum anak berusia 3 bulan.


Setelah pemandian selesai, bibit kelapa yang sudah disiapkan kemudian dihanyutkan dari hulu, lalu ditangkap oleh sang ibu ketika kepala mendekati bayi Setelah itu, dilakukan pengambilan batu menggunakan tangguak tadi bibit kepala di tanam di sekitaran rumah.


Batu yang berjumlah 7 buah ini menjadi penyumbat tanah galian untuk bibit kelapa tersebut setelah semua acara selesai, maka pihak keluarga dan para tamu serta masyarakat akan menikmati hidangan Makan Bajamba yang telah disediakan pihak keluarga. 


Tradisi turun mandi didalam masyarakat Minangkabau adalah tradisi yang turun temurun, dan merupakan tradisi untuk mengucapkan syukur atas nikmat yang diberikan oleh Allah SWT berupa bayi yang baru lahir. 


Nilai-nilai yang terdapat dalam tradisi turun mandi adalah untuk memperkenalkan anak dengan lingkungan alam sekitarnya, supaya setelah bayi besar nanti dapat menjadi penerang bagi masyarakat, agama, dan bangsanya, serta pemberani dalam menegakan kebenaran.


Untuk dapat menjadi orang yang sukses, sukses dari segi ekonomi, pendidikan dan kemapanan dari segala bidang, agar setelah dewasa nanti dapat menjadi orang yang mandiri, tidak menggantungkan hidupnya kepada orang lain, menjadi orang yang suka memberi dan dermawan.(***)