Kudeta Mematikan Sudan Masuki Hari ke-3, Warga Belum Tidur Selama 24 Jam dan Rumah Berguncang Akibat Ledakan -->

Iklan Atas

Kudeta Mematikan Sudan Masuki Hari ke-3, Warga Belum Tidur Selama 24 Jam dan Rumah Berguncang Akibat Ledakan

Senin, 17 April 2023

 

Kudeta mematikan di Sudan telah menewaskan 100 orang dan 1.100 terluka 


Sudan– Perebuatan kekuasaan antara tentara dan kelompok paramiliter yang disebut Rapid Support Forces (RSF) terus berlanjut hingga hari ketiga di beberapa wilayah di Sudan.


Serikat dokter mengatakan hampir 100 orang telah tewas dan satu perkiraan menyebutkan jumlah yang terluka mencapai 1.100 orang.


Penduduk Khartoum, Sudan berbicara tentang ketakutan dan kepanikan, dan melaporkan adanya tembakan dan ledakan.


"Kami takut, kami belum tidur selama 24 jam karena kebisingan dan rumah berguncang," kata Huda, seorang warga Khartoum, kepada kantor berita Reuters.


"Kami khawatir kehabisan air dan makanan, serta obat untuk ayah saya yang menderita diabetes,” lanjutnya.


Warga Khartoum lainnya, Kholood Khair, mengatakan kepada BBC bahwa warga tidak bisa memastikan keamanan di mana pun.


"Semua warga sipil telah didesak untuk tinggal di rumah, tetapi itu tidak membuat semua orang aman,” ujarnya.


Pertempuran terjadi antara unit tentara yang setia kepada pemimpin de facto, Jenderal Abdel Fattah al-Burhan, dan RSF, pasukan paramiliter terkenal yang dipimpin oleh wakil pemimpin Sudan, Mohamed Hamdan Dagalo, yang lebih dikenal sebagai Hemedti,dan sebagaimana juga dikutip Okezone.com.


Poin utama yang mencuat adalah tentang rencana untuk memasukkan RSF berkekuatan 100.000 ke dalam tentara, dan siapa yang kemudian akan memimpin pasukan baru.


Jeda singkat dalam pertempuran pada Minggu (16/4/2023) menyusul keluhan dari serikat dokter bahwa sulit bagi petugas medis dan orang sakit untuk pergi ke dan dari rumah sakit saat pertempuran berkecamuk.


Menanggapi hal ini, paduan suara internasional juga telah menyerukan diakhirinya kekerasan secara permanen.


Negara-negara Arab terkemuka dan Amerika Serikat (AS) juga mendesak dimulainya kembali pembicaraan yang bertujuan untuk memulihkan pemerintahan sipil, sementara Uni Afrika telah mengumumkan bahwa mereka mengirim diplomat tertingginya, Moussa Faki Mahamat, untuk mencoba merundingkan gencatan senjata.


Menurut pernyataan kepresidenan Mesir, Mesir dan Sudan Selatan juga menawarkan untuk menengahi antara faksi yang bertikai.


Perkiraan jumlah korban tewas bervariasi.


Komite Sentral Dokter Sudan melaporkan 56 warga sipil tewas serta "puluhan kematian" di antara pasukan keamanan, dan diperkirakan 600 orang terluka. Serikat pekerja dokter menyebutkan jumlah korban tewas 97 orang, dengan 365 orang terluka.


Sementara itu, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mengatakan lebih dari 83 orang tewas dan lebih dari 1.100 orang terluka di seluruh negeri sejak Kamis (13/4/2023), ketika RSF mulai mengerahkan pasukannya. Tidak disebutkan berapa banyak warga sipil yang tewas dalam pertempuran itu.


Di antara yang tewas adalah tiga anggota staf Program Pangan Dunia PBB (WFP), yang menghentikan operasinya di negara itu.


Dalam sebuah pernyataan, WFP mengatakan "ngeri" dengan berita kematian tersebut, menambahkan bahwa salah satu pesawatnya telah rusak di Bandara Internasional Khartoum selama baku tembak pada Sabtu (15/4/2023) , yang dikatakan berdampak pada kemampuannya untuk memberikan bantuan.


Adapun televisi negara Sudan dilaporkan telah menghentikan penyiaran, tetapi tidak jelas apa yang menyebabkan terhentinya program tersebut.(*)