Pemerintah Targetkan Bangun 250 SPBU Nelayan Tahun Ini -->

Iklan Cawako Sawahlunto

Pemerintah Targetkan Bangun 250 SPBU Nelayan Tahun Ini

Senin, 15 Mei 2023

Menteri Koperasi dan UKM (Menkop UKM), Teten Masduki (ketiga kanan), saat Peresmian SPBUN Koperasi Tunas Usaha Sejahtera sekaligus Mukernas IV Kesatuan Nelayan Tradisional Indonesia (KNTI) di Lhoknga, Aceh, pada Minggu (14/5/2023).


Jakarta - Pemerintah menargetkan membangun 250 SPBUN (Stasiun Pengisian Bahan Bakar Umum Nelayan) tahun ini, yang secara khusus menyasar desa-desa nelayan. 


Pernyataan itu, disampaikan Menteri Koperasi dan UKM (Menkop UKM), Teten Masduki, saat Peresmian SPBUN Koperasi Tunas Usaha Sejahtera sekaligus Mukernas IV Kesatuan Nelayan Tradisional Indonesia (KNTI) di Lhoknga, Aceh, pada Minggu (14/5/2023), sebagaimana dikutip iNews.id.


Menurut Teten, saat ini sudah ada 7 SPBUN sebagai pilot project atau proyek percontohan melalui Program Solusi Nelayan, yakni di Lhoknga, Deli Serdang, Indramayu, Pekalongan, Semarang, Surabaya, dan Lombok Timur.


"Tahun ini ada 7 pilot project dan bahkan Presiden meminta diperbanyak menjadi 250. InsyaAllah kita akan kejar target itu," ungkap Teten, dalam keterangan pers, dikutip Senin (15/5/2023). 


Menurut dia, pengadaan SPBUN tersebut dilakukan Kementerian Koperasi dan UKM (Kemenkop UKM), Kementerian Badan Usaha Milik Negara (BUMN), dan Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) melalui program Solar untuk Koperasi (Solusi) Nelayan. 


Program Solusi Nelayan bertujuan untuk memastikan ketersediaan Bahan Bakar Minyak (BBM) bagi nelayan sekaligus membenahi bisnis model perikanan di Indonesia.


"Ada 11.000 desa nelayan, tapi baru ada 338 SPBU. Maka Pemerintah akan bangun secara bertahap SPBUN supaya pasokan BBM dekat dengan desa nelayan," ujar Teten.


Menurut dia, sektor kelautan Indonesia memiliki potensi keunggulan dengan keragaman sumber daya laut yang besar. Namun, pengembangannya saat ini belum dilakukan secara optimal.

 

"Kami melihat pentingnya membangun jaringan SPBU mini untuk nelayan. Kami menyadari 60 persen biaya produksi nelayan habis untuk membeli bahan bakar. Selama ini nelayan membeli BBM di pasar eceran yang mahal antara Rp10.000 sampai Rp12.000 per liter. Persoalan ini harus segera diselesaikan," kata Teten.


Dia mengungkapkan, Indonesia bisa belajar dari Norwegia yang menjadikan budi daya salmon sebagai sumber pendapatan utama negaranya. Apalagi Indonesia punya beragam komoditas potensial seperti tuna, kerapu, udang, dan banyak lainnya. 


"Kalau itu bisa dikelola dengan baik, kita bisa menjadikan sumber daya ekonomi kelautan sebagai keunggulan domestik," tutur Teten.


Dia berharap, Koperasi Tunas Usaha Sejahtera tidak hanya mengelola solar bagi para nelayan, tapi juga mengembangkan potensi sumber daya yang ada agar bisa meningkatkan kesejahteraan para nelayan anggotanya.


"Koperasi nelayan jangan hanya menyalurkan solar tapi juga bisa mengelola bisnis turunan hasil dari para nelayan," ujar Teten. (*)