Ilustrasi program nuklir Iran. |
Washington DC – Para pejabat AS dan Iran dilaporkan terlibat dalam pembicaraan tidak langsung di Oman, bulan lalu. Dalam kesempatan itu, delegasi dari Washington DC menyampaikan peringatan keras bahwa Teheran akan menghadapi konsekuensi serius jika memperkaya uranium hingga kemurnian 90 persen.
Pertemuan itu antara lain dihadiri oleh Koordinator Kebijakan Timur Tengah Dewan Keamanan Nasional Gedung Putih AS, Brett McGurk, dan delegasi Iran yang mencakup kepala negosiator nuklir Iran, Ali Bagheri-Kani. Media AS, Axios, dengan mengutip sumber anonim, melaporkan pada Jumat (9/6/2023) bahwa pertemuan berlangsung di Oman pada awal Mei, sebagaimana dikutip iNews.id.
Alih-alih bertemu langsung, kedua belah pihak tetap berada di lokasi terpisah. Sementara, pejabat Oman bertindak sebagai perantara untuk memfasilitasi pertukaran pesan antara mereka, kata laporan itu.
Salah satu pesan utama dari Amerika Serikat kepada Iran berfokus pada pencegahan nuklir. Washington DC mengancam, Iran akan “membayar mahal” jika memilih untuk memperkaya uranium hingga 90 persen. Angka tersebut adalah level yang diperlukan untuk menghasilkan bom atom.
Menurut Axios, tujuan dari pembicaraan tidak langsung itu antara lain adalah untuk mencapai pemahaman tentang cara-cara untuk mengurangi program nuklir Iran, serta keterlibatannya dalam konflik di Ukraina.
Bulan lalu, Menteri Pertahanan Israel, Yoav Gallant, memperingatkan bahwa jika Teheran memilih untuk memperkaya uranium hingga 90 persen, itu akan menjadi kesalahan besar dan akan menyulut konflik di kawasan.
Sementara Iran membantah berusaha memperoleh senjata nuklir dan menegaskan bahwa mereka tidak berusaha untuk memperkaya uranium di atas kemurnian 60 persen.(*)