![]() |
Prosesi budaya tabuik Kota Pariaman menebang batang pisang |
Pariaman - Tabuik, sebuah acara budaya dan wisata yang khas dari Kota Pariaman, Sumatera Barat, menggelar prosesi kedua, yaitu Manabang Batang Pisang, pada Minggu (23/7). Kegiatan ini melambangkan peringatan meninggalnya cucu Nabi Muhammad SAW, Husen bin Ali, dalam Tragedi Perang Karbala.
"Pada saat terjadi perang, cucu Nabi Muhammad SAW, Husen bin Ali, menghadapi nasib tragis ketika lehernya dipancung oleh Raja Yazid Bin Umaiyah dan jasadnya dibawa ke Padang Karbala," kata Pelaksana Tugas Kepala Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Pariaman, Ferialdi, di Pariaman pada hari Senin, (24/7/2027).
Prosesi Manabang Batang Pisang ini melibatkan dua kelompok, yaitu Tabuik Subarang yang mengadakan kegiatan di Kampuang Kaliang, Kelurahan Lohong, dan Tabuik Pasa yang melaksanakan kegiatan di Simpang Alai Gelombang, Kelurahan Alai Galombang.
Sebelum prosesi dimulai, pedang yang akan digunakan untuk memancung batang pisang diarak dengan iring-iringan tambua tasa oleh anak-anak tabuik yang didampingi oleh orang tua tabuik.
Dalam arak-arakan ini, terdapat banyak anak-anak yang membawa galah bambu berukuran 3 sampai 4 meter. Galah tersebut diikatkan bendera warna hitam dan putih di bagian ujungnya, sementara galah lainnya dilengkapi dengan lampu sumbu minyak tanah. Setelah batang pisang dipancung, potongan-potongan tersebut kemudian dibawa ke daraga atau tempat penyimpanan.
Namun, karena lokasi manabang batang pisang berjauhan, rombongan dari kedua kelompok saling bertemu di Simpang Tabuik dalam kegiatan yang disebut basalisiah. Saat kedua kelompok bertemu, tambua tasa dipukul dengan ritme lebih cepat untuk membangkitkan semangat bagi orang yang mendengar.
Prosesi berikutnya setelah Manabang Batang Pisang adalah Maatam, yang akan dilaksanakan di Daraga Tabuik Pasa dan Daraga Tabuik Subarang pada Selasa (25/7) sekitar pukul 12.30 WIB. Sementara itu, prosesi Maarak Jari-jari akan digelar di Simpang Tabuik pada hari yang sama sekitar pukul 17.30 WIB.
Sebelumnya, Pelaksana Tugas Kepala Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kota Pariaman, Ferialdi, menjelaskan bahwa Prosesi Maambiak Tanah yang diadakan pada Rabu (19/7) dalam rangkaian kegiatan Tabuik di daerah tersebut melambangkan kesucian manusia.
"Prosesi Maambiak Tanah melambangkan bahwa manusia berasal dari tanah dan akan dikembalikan ke tanah. Pengambilan tanah dalam prosesi ini juga melambangkan kesucian manusia," ujar Ferialdi di Pariaman. Prosesi Maambiak Tanah merupakan rangkaian awal dari kegiatan budaya dan wisata Tabuik di Pariaman.(ab)