![]() |
Kura-kura raksasa nyaris diburu bajak laut |
Jakarta - Kura-kura raksasa, makhluk unik yang hanya bisa ditemui di Kepulauan Galapagos, kawasan Ekuador, Amerika Selatan, dekat Samudra Pasifik, telah kembali dari ambang kepunahan. Pada akhir abad ke-19, kura-kura raksasa darat asli Galapagos hampir punah akibat pemburuan oleh para bajak laut, pemukim, dan pemburu ikan paus yang mendatangi pulau-pulau tersebut.
Kedatangan para pendatang ini merusak ekosistem kura-kura darat raksasa, karena mereka juga membawa hewan-hewan lain seperti kambing yang memakan tanaman yang menjadi makanan kura-kura, dan tikus yang memangsa telur kura-kura. Di pulau Española, salah satu bagian dari Kepulauan Galapagos, hanya tersisa 14 ekor kura-kura darat raksasa dari sekitar 10.000 ekor yang ada semula. Daerah sabana di pulau ini juga berubah menjadi tandus karena rumputnya habis dimakan oleh kambing.
Upaya Pemulihan Ekosistem Kura-Kura
Setelah berlalunya satu abad, para aktivis konservasi berusaha untuk memulihkan populasi kura-kura darat raksasa di pulau Española. Hewan pendatang seperti kambing dan tikus mulai dimusnahkan, dan beberapa kura-kura Galapagos yang masih ada diternakkan di penangkaran.
Upaya ini telah menghasilkan perubahan signifikan. Wilayah yang sebelumnya tandus kini sudah mulai ditumbuhi pepohonan lebat dan semak berkayu karena kambing sudah tidak ada di pulau tersebut. Namun, pemulihan penuh pulau ini hingga kembali menjadi sabana seperti semula masih menunggu kembalinya kura-kura raksasa ke daratan pulau tersebut.
Bekerja sama dengan LSM Galapagos Conservancy dan Direktorat Taman Nasional Galapagos, para aktivis konservasi telah melepaskan sekitar 2.000 kura-kura raksasa hasil penangkaran ke pulau Española. Kura-kura yang selamat telah dijaga di penangkaran sejak tahun 1963, dan sebagian besar dilepaskan pada tahun 2020.
Sejak kura-kura raksasa kembali ke Española, populasi mereka telah meningkat hingga sekitar 3.000 ekor. Para ilmuwan juga mencatat perubahan ekologi di Española ketika kura-kura mengurangi tanaman berkayu, yang pada gilirannya memungkinkan perluasan padang rumput di pulau tersebut.
Kura-kura raksasa juga berperan sebagai "arsitek ekologi" yang membentuk lanskap saat mereka bergerak, menginjak-injak pohon-pohon muda dan semak-semak sebelum tumbuh cukup besar untuk menghalangi burung laut yang hidup di pulau tersebut.
Namun, para aktivis konservasi masih memiliki banyak pekerjaan yang harus dilakukan. Pada tahun 2020, sekitar 78% pulau ini masih didominasi oleh tanaman berkayu. Para ilmuwan memperkirakan bahwa mungkin dibutuhkan beberapa abad lagi sebelum kura-kura raksasa dapat mengembalikan rasio yang seimbang antara rumput, pohon, dan semak sebagaimana kondisinya sebelum kedatangan orang Eropa ke kepulauan ini.
Seorang ilmuwan konservasi bernama James Gibbs telah mendokumentasikan dampak ekologis yang ditimbulkan oleh kura-kura ini. Dalam sebuah studi terbaru, ia dan timnya menyelidiki perubahan lanskap ketika kura-kura raksasa kembali tanpa gangguan manusia. Mereka juga mempelajari citra satelit pulau tersebut yang diambil antara tahun 2006 dan 2020.(des)