Ekonomi Jepang Terjun ke Jurang Resesi, PDB Menyusut Dua Kuartal Berturut-turut -->

Iklan Atas

Ekonomi Jepang Terjun ke Jurang Resesi, PDB Menyusut Dua Kuartal Berturut-turut

Jumat, 16 Februari 2024

Ekonomi Jepang Anjlok.


Jakarta - Ekonomi Jepang tiba-tiba mengalami resesi setelah pertumbuhannya menurun selama dua kuartal berturut-turut pada periode Oktober-Desember 2023.


Hal ini terjadi karena ekonomi Jepang mengalami kontraksi sebesar 0,4% pada kuartal IV-2023, yang lebih buruk dari perkiraan, setelah sebelumnya mengalami penurunan sebesar 3,3%.


Dilansir dari laman BBC Jakarta pada Jumat (16/2/2024), Jepang tergelincir dari tiga besar ekonomi terkuat dunia, dengan posisinya digantikan oleh Jerman.


Pada bulan Oktober, Dana Moneter Internasional (IMF) telah memperkirakan bahwa Jerman akan mengambil alih posisi Jepang sebagai negara dengan perekonomian terbesar ketiga di dunia.


Perubahan ini diumumkan oleh IMF setelah kedua negara tersebut mengeluarkan versi final angka pertumbuhan ekonomi mereka, yang dimulai sejak keduanya mempublikasikan data perbandingan perekonomian sejak tahun 1980.


Menurut ekonom Neil Newman, nilai perekonomian Jepang pada tahun 2023 sekitar USD4,2 triliun (£3,3 triliun), sedangkan Jerman bernilai USD4,4 triliun. Hal ini disebabkan oleh pelemahan yen terhadap dolar.


Meskipun demikian, pelemahan yen telah membantu meningkatkan harga saham beberapa perusahaan besar Jepang karena membuat produk ekspor negara tersebut, seperti mobil, menjadi lebih murah di pasar internasional.


Wakil kepala IMF, Gita Gopinath, juga menekankan bahwa penurunan peringkat Jepang kemungkinan terjadi karena yen melemah sekitar 9% terhadap dolar AS pada tahun sebelumnya.


Pada pekan ini, indeks saham utama Tokyo, Nikkei 225, mencapai angka 38.000 untuk pertama kalinya sejak tahun 1990, ketika krisis ekonomi dipicu oleh penurunan harga properti. Rekor tertinggi Nikkei 225 sebesar 38.915,87 terjadi pada 29 Desember 1989.


Sementara itu, data PDB terbaru juga dapat berarti bahwa bank sentral Jepang mungkin akan menunda keputusan yang sangat dinantikan untuk menaikkan biaya pinjaman.(BY)