Kisah Ahok Menghadapi Tantangan Keuangan di Pertamina, Kerugian dan Utang Terbongkar -->

Iklan Atas

Kisah Ahok Menghadapi Tantangan Keuangan di Pertamina, Kerugian dan Utang Terbongkar

Jumat, 09 Februari 2024

Ahok bongkar kerugian dan utang Pertamina


Jakarta - Basuki Tjahaja Purnama atau yang lebih dikenal dengan Ahok, mengungkapkan kerugian serta utang yang dialami oleh PT Pertamina (Persero) saat dia menjabat sebagai Komisaris Utama. Dia mengatakan bahwa pada awal penunjukannya, perusahaan tersebut berpotensi mengalami kerugian sebesar USD1 miliar atau setara dengan Rp15,65 triliun (dengan kurs Rp15.600/USD).


Ahok menyatakan bahwa kerugian Pertamina disebabkan oleh kebijakan subsidi bahan bakar, sementara harga minyak mentah dunia mengalami kenaikan signifikan pada waktu itu.


“Ketika saya pertama kali ditunjuk, disampaikan bahwa perusahaan ini berpotensi mengalami kerugian sebesar USD1 miliar. Saya menyadari bahwa perusahaan memiliki lebih dari 200 anak perusahaan, di mana sebagian besar aktif, dan kami tidak mengetahui secara pasti seberapa besar uang yang tersedia,” ujar Ahok dalam diskusi Ahok Is Back di Jakarta Selatan, Kamis (8/2/2024).


Menurut Ahok, subsidi BBM serta kenaikan harga minyak mentah dunia merupakan beban besar bagi perusahaan. Masalah semakin memburuk karena pengelolaan keuangan di anak perusahaan tidak terkontrol dengan baik.


“Bayangkan anak dan cucu perusahaan yang memiliki simpanan di deposito, tetapi orang tuanya justru berutang. Mengapa berutang? Karena harus membayar subsidi ini. Tetapi, pembayaran kepada Pertamina baru akan diaudit tahun depan. Sementara itu, pembelian minyak dilakukan secara tunai di luar negeri,” papar Ahok.


Pertamina terpaksa mengajukan pinjaman atau kredit di Himbara untuk menutup selisih harga minyak sebagai dampak dari subsidi BBM. Bahkan, Ahok mengatakan bahwa perusahaan harus mengajukan pinjaman ke berbagai tempat setelah Himbara tidak dapat memberikan kredit lagi.


“Ketika pinjaman dari bank Himbara mencapai batasnya, Pertamina mencoba mencari pinjaman di berbagai tempat. Ada yang meminjamkan Rp5 juta, ada yang Rp10 juta, dengan bunga pinjaman jangka pendek yang sangat tinggi,” ungkapnya.


Karena itu, Ahok diberi tugas khusus oleh pemegang saham untuk menyelesaikan masalah keuangan perusahaan saat dia menjabat sebagai Komisaris Utama Pertamina.


“Ketika saya mulai bertugas, langkah pertama yang kami ambil adalah mengontrol seluruh aset dari anak perusahaan hingga cucu perusahaan, dan memastikan tidak ada lagi pemborosan,” tutur Ahok.


“Saya mengusulkan kepada Menteri Keuangan untuk membayar 80% dari subsidi BBM terlebih dahulu daripada menunggu pembayaran penuh. Hal itu sama saja, namun bisa memberikan ruang untuk penyesuaian keuangan,” lanjutnya.(BY)