PSSI dan Klub Liga 1 Waspada, Dokter Gadungan Tidak Akan Diterima Lagi -->

Iklan Atas

PSSI dan Klub Liga 1 Waspada, Dokter Gadungan Tidak Akan Diterima Lagi

Kamis, 01 Februari 2024

Sekjen PSSI, Yunus Nusi.


Jakarta - Yunus Nusi, Sekretaris Jenderal (Sekjen) PSSI, menegaskan bahwa kejadian seperti dokter gadungan yang pernah terlibat dengan Timnas Indonesia dan klub-klub Liga 1 tidak akan terulang lagi di sepakbola Indonesia. Menurutnya, PSSI dan klub telah meningkatkan kewaspadaan mereka sehingga kasus semacam itu tidak akan terjadi lagi.


Sebelumnya, seorang dokter gadungan bernama Elwizan Aminuddin telah ditangkap oleh polisi di Cibodas, Tangerang, pada Rabu (24/1/2024). Elwizan telah berpraktik sebagai dokter gadungan sejak tahun 2013 hingga 2021 dan telah menangani delapan tim, termasuk Timnas Indonesia U-19, dalam kurun waktu tersebut.


Yunus menyatakan bahwa proses seleksi untuk ofisial tim harus lebih ketat lagi guna memastikan bahwa sosok yang dipilih benar-benar memberikan kontribusi positif bagi tim, bukan sebaliknya.


"Klub harus melakukan pemeriksaan yang lebih teliti. Mereka tidak boleh hanya percaya begitu saja pada seseorang yang mengaku sebagai dokter tanpa melakukan verifikasi yang cermat. Saya yakin saat ini semua klub Liga 1 dan 2 telah lebih berhati-hati dalam menerima seseorang sebagai bagian dari tim," kata Yunus kepada MNC Portal Indonesia (MPI) pada Kamis (1/2/2024).


Yunus, yang berusia 54 tahun, menjelaskan bahwa PSSI juga telah meningkatkan proses seleksi internal, termasuk perekrutan dokter. Setiap ofisial timnas akan diselidiki latar belakangnya secara mendalam.


"Kami akan memeriksa asal-usulnya dengan detail. Misalnya, jika dia lulus dari FKUI, kami akan menanyakan ke FKUI apakah informasinya benar. Kami juga akan meminta informasi dari IDI dan lembaga terkait lainnya, serta mengevaluasi pengalaman kerjanya," ungkapnya.


Yunus menekankan pentingnya pemeriksaan administrasi yang ketat dalam perekrutan. Oleh karena itu, seleksi administratif harus diperketat untuk menghindari kejadian serupa di masa depan.


"Saat ini, setiap dokter dan staf lain yang ingin bekerja di klub Liga 1, 2, dan 3, terutama di Timnas Indonesia, harus melalui pemeriksaan administrasi yang sangat rinci. Ini dilakukan untuk memastikan bahwa kasus seperti ini tidak akan terjadi lagi," tambahnya.


"Mereka harus menyediakan salinan sah ijazah dokter yang dilegalisir oleh fakultas kedokteran yang menerbitkannya, serta memiliki Surat Tanda Registrasi (STR) yang valid, baik untuk dokter maupun fisioterapis. Mereka juga harus memiliki Surat Izin Praktik (SIP) yang masih berlaku," jelas Yunus.(BY)