G20 Puji Kesepakatan Gencatan Senjata Israel-Hamas -->

Iklan Atas

G20 Puji Kesepakatan Gencatan Senjata Israel-Hamas

Selasa, 23 April 2024

 

ilustrasi



Jakarta - Kelompok ekonomi 20 atau G20 memberikan pujian terhadap kesepakatan gencatan senjata antara Israel dan Hamas setelah lebih dari sebulan Palestina mengalami serangan oleh pasukan Zionis.


Namun, terdapat perbedaan pendapat di antara beberapa anggota G20 terkait solusi dua negara.


Menteri Luar Negeri India S Jaishankar mengekspresikan pro dan kontra ini setelah New Delhi menjadi tuan rumah konferensi tingkat tinggi (KTT) luar biasa G20 pada Rabu (22/11).


"Secara keseluruhan, anggota G20 menyambut baik kesepakatan mengenai pembebasan sandera, aliran bantuan ke Gaza, dan penghentian sementara pertempuran," kata Jaishankar.


Dia juga mencatat bahwa "banyak" negara anggota G20 secara eksplisit membahas solusi dua negara sebagai penyelesaian atas konflik Palestina.


"Saya tidak bisa menyatakan adanya konsensus mengenai solusi dua negara," ungkap Jaishankar.


Solusi dua negara merupakan kerangka penyelesaian konflik Israel-Palestina dengan mendirikan dua negara dan dua bangsa yang hidup berdampingan secara damai, saling mengakui, serta saling menghargai.


Jaishankar menambahkan bahwa fokus G20 saat ini adalah "memastikan" konflik tidak "meluas ke mana-mana" mengingat situasi di Timur Tengah yang memburuk.


Perdana Menteri India Narendra Modi sebelumnya juga mengungkapkan pandangan serupa.


"Penting juga untuk memastikan bahwa konflik antara Israel dan Hamas tidak meluas menjadi konflik regional dalam bentuk apa pun," kata Modi.


Pada Rabu, Kementerian Luar Negeri Qatar mengumumkan kesepakatan jeda kemanusiaan selama empat hari antara Israel dan Hamas.


Perjanjian tersebut mencakup pengumuman jeda pertempuran, pembebasan sandera, serta pengiriman 300 truk bantuan kemanusiaan, termasuk bahan bakar, ke Gaza.


Adapun pembebasan sandera melibatkan 50 warga yang ditahan di Gaza dan ditukar dengan 150 tahanan Palestina yang berada di penjara Israel.


Perjanjian tersebut juga membuka kemungkinan perpanjangan jeda kemanusiaan serta pembebasan lebih banyak anak dan perempuan yang ditahan oleh kedua belah pihak.


Israel memulai agresi terhadap Jalur Gaza setelah serangan lintas batas yang dilancarkan oleh Hamas pada 7 Oktober.


Selama agresi tersebut, Israel menyerang warga dan objek sipil, termasuk sekolah, kamp pengungsian, tempat ibadah, hingga rumah sakit.


Pihak berwenang di Gaza melaporkan bahwa jumlah korban akibat serangan Israel mencapai 14.000 jiwa.(des)