Wanita Terinfeksi HIV setelah Vampire Facial di Spa Ilegal di AS -->

Iklan Atas

Wanita Terinfeksi HIV setelah Vampire Facial di Spa Ilegal di AS

Rabu, 01 Mei 2024

 

ilustrasi


Jakarta - Tiga wanita di New Mexico, Amerika Serikat (AS) terinfeksi HIV setelah menjalani prosedur vampire facial di sebuah spa kecantikan ilegal. Tidak hanya HIV, tetapi juga risiko infeksi lainnya yang mengintai bagi mereka yang melakukan vampire facial.


Sebuah laporan yang diterbitkan oleh CDC pada Jumat (26/4) mengungkap bahwa banyak orang yang terinfeksi HIV setelah melakukan prosedur di spa kecantikan ilegal di New Mexico.


Salah satu wanita yang "tidak memiliki faktor risiko HIV yang diketahui" didiagnosis terinfeksi HIV pada tahun 2018 setelah terpapar jarum suntik selama prosedur wajah microneedling plasma kaya trombosit.


Spa yang ditutup pada musim gugur 2018 ini tidak memiliki izin untuk melakukan prosedur tersebut.


Apa Itu Vampire Facial?

Vampire facial menjadi tren karena Kim Kardashian. Ia pernah memposting foto wajahnya yang kemerahan di akun Instagramnya.


Vampire facial adalah prosedur perawatan wajah yang menggabungkan microneedling dan PRP atau platelet rich plasma. Darah diambil terlebih dahulu, kemudian PRP dipisahkan dari sel darah merah.


"Dari situ, PRP disuntikkan kembali ke wajah klien dengan microneedles," kata dokter kulit Adarsh Vijay Mudgil, seperti dilaporkan oleh Glamour.


Vampire facial bermanfaat untuk meratakan warna dan tekstur kulit, mengobati bekas luka ringan, dan mengatasi ketidakteraturan pigmen.


Penggunaan Alat Medis yang Tidak Aman


Bahaya vampire facial terletak pada bagaimana prosedur itu dilakukan. Jika tidak dilakukan dengan benar, facial ini dapat menyebabkan infeksi.


Laporan dari CDC menyebutkan bahwa ada "beberapa praktik pengendalian infeksi yang tidak aman." Di tempat tersebut, alat suntik medis seperti botoks disimpan di kulkas yang sama dengan makanan.


Ada juga rak dengan tabung darah yang tidak berlabel ditempatkan di bawah dapur. CDC menduga bahwa peralatan medis yang seharusnya digunakan sekali pakai, digunakan kembali dengan cara direndam dalam alkohol terlebih dahulu.


Pada tahun 2023, empat mantan klien dan salah satu pasangan seksual klien semuanya dinyatakan positif HIV setelah menjalani vampire facial di tempat tersebut.


Selain HIV, dua penyakit lain yang dapat ditularkan melalui penggunaan jarum yang tidak steril adalah hepatitis B dan hepatitis C.


Di Meksiko, pemerintah telah menghentikan prosedur vampire facial. Pelanggan harus menjalani tes HIV, hepatitis B, dan hepatitis C sebelum menjalani perawatan.


Ancaman penyakit infeksi ini sangat besar karena prosedur melibatkan proses transfusi darah dan penggunaan jarum suntik yang diduga tidak aman.(des)