Hasil Autopsi Afif Maulana: Kapolda Sumbar Ungkap Fakta -->

Iklan Cawako Sawahlunto

Hasil Autopsi Afif Maulana: Kapolda Sumbar Ungkap Fakta

Rabu, 26 Juni 2024

Kapolda Sumbar, Irjen Suharyono menjelaskan kasus kematian Afif Maulana dalam program Kabar Utama Pagi TV One.



Padang – Kepala Kepolisian Daerah (Kapolda) Sumatera Barat, Irjen Suharyono, mengungkapkan hasil autopsi jasad Afif Maulana (13) yang ditemukan tewas dengan luka lebam di bawah jembatan Sungai Kuranji Padang pada Minggu (9/6/2024).


Dalam wawancara di program Kabar Utama Pagi tvOne pada Senin (25/6/2024), Irjen Suharyono menyatakan bahwa luka lebam yang dialami Afif Maulana adalah hal yang biasa terjadi pada tubuh yang telah meninggal dunia.


"Hasil pemeriksaan menunjukkan bahwa luka lebam tersebut adalah lebam mayat yang wajar terjadi pada tubuh yang sudah meninggal, terutama setelah 11 jam di dasar sungai," jelasnya, Selasa (25/6/2024) malam.


Dari hasil visum dan autopsi, ditemukan goresan dan lecet pada tubuh Afif yang disebabkan oleh benturan keras saat terjatuh dari motor di atas aspal. 


"Saat jatuh dari ketinggian 65 meter ke dasar sungai yang dangkal dan berbatu, salah satu tulang rusuknya menusuk paru-paru, dan ada enam retakan di tulang punggung akibat benturan," tambahnya.


Meskipun demikian, Irjen Suharyono memastikan bahwa penyelidikan mendalam masih terus dilakukan.


"Termasuk keterangan saksi kunci, Aditya, yang menyebutkan bahwa ia tidak melihat Afif jatuh, namun mendengar bahwa Afif mengajak untuk terjun ke sungai. Aditya menolak dan mengajak Afif menyerahkan diri ke polisi, tetapi Afif tetap melompat ke sungai," katanya.


Irjen Suharyono juga menyatakan bahwa Afif telah berkomunikasi dengan Aditya sebelum kejadian, berencana berkumpul dengan geng lain untuk menyerang kelompok lain. Polisi sudah mengidentifikasi geng-geng tersebut.


"Jika polisi tidak turun tangan, bisa jadi banyak korban lain akibat tawuran malam itu. Senjata tajam yang digunakan bisa menyebabkan lebih banyak korban," ujarnya.


Sementara itu, orang tua Afif, Rinaldi, masih meragukan hasil autopsi dan mencurigai adanya kejanggalan pada luka lebam anaknya.


"Anak saya ditemukan dengan banyak luka lebam, yang tidak wajar jika hanya karena jatuh. Luka lebam ada di punggung, pinggang, tulang rusuk bagian belakang, perut, paha, dan sedikit di dada," katanya.


Rinaldi menambahkan bahwa menurut kesaksian temannya yang membawa motor, Afif dan temannya dikejar polisi dari lampu merah dekat Polsek Kuranji sebelum Afif ditemukan di bawah jembatan.


Lembaga Bantuan Hukum (LBH) Padang juga meragukan pernyataan Irjen Suharyono, menemukan tanda-tanda kekerasan pada tubuh Afif dan beberapa anak lainnya melalui foto dan keterangan rekan korban.


"Kami tidak bisa percaya bahwa tidak ada penyiksaan terhadap Afif ketika bukti menunjukkan sebaliknya. Hukum melarang tindakan penyiksaan terhadap siapapun. Kami meminta Kapolda Sumbar setia kepada fakta-fakta tersebut," kata Direktur LBH Padang, Indira Suryani.


LBH Padang menilai ada indikasi intimidasi dan upaya menutup kasus ini oleh pihak kepolisian.


"Ibu korban merasa kecewa dan hancur karena sulitnya mendapatkan keadilan bagi kematian tragis anaknya. Ibu korban berharap pelaku yang diduga menyiksa anaknya dihukum berat dan dipecat," ujarnya.


LBH Padang juga mendesak Kapolri, Jenderal Listyo Sigit Prabowo, untuk mengambil alih kasus Afif Maulana karena banyaknya konflik kepentingan di kepolisian Sumbar. (des)