Direktur RS Al-Shifa Ungkap Penyiksaan di Penjara Israel -->

Iklan Cawako Sawahlunto

Direktur RS Al-Shifa Ungkap Penyiksaan di Penjara Israel

Kamis, 04 Juli 2024

Pemandangan Penjara Ofer milik Israel di Ramallah.


Jakarta – Direktur Rumah Sakit Al-Shifa di Gaza, Mohammad Abu Salmiya, mengungkapkan bahwa beberapa warga Palestina yang berada di penjara Israel meninggal selama interogasi akibat penyiksaan, kelalaian medis, dan kekurangan obat-obatan.


Berbicara pada konferensi pers, Senin, Abu Salmiya mengatakan bahwa dirinya dan warga Palestina lainnya yang dibebaskan meninggalkan tahanan Palestina di penjara-penjara Israel yang "mengalami kondisi sulit."


Abu Salmiya menambahkan bahwa para tahanan Palestina mengalami penyiksaan fisik dan psikologis, serta hanya diberi sedikit makanan.


“Tahanan Gaza kehilangan rata-rata 25 kilogram berat badan mereka karena kekurangan makanan,” ujar Abu Salmiya.


Dia juga menyebut bahwa dokter dan perawat Israel ikut serta dalam penganiayaan terhadap tahanan Palestina dengan tidak memberikan perawatan medis yang diperlukan.


“Dokter Israel memukuli para tahanan, perawat juga memukuli mereka,” katanya.


Ia mendesak organisasi internasional yang peduli dengan hak-hak tahanan untuk mengunjungi dan melihat kondisi sulit yang dialami para tahanan di penjara.


Pada Senin (1/7), Israel membebaskan Abu Salmiya dan sekitar 54 warga Palestina lainnya, termasuk dokter yang ditahan di Rumah Sakit Al-Shifa serta fasilitas medis lainnya selama operasi militer dalam beberapa bulan terakhir.


Abu Salmiya ditangkap pada 23 November bersama beberapa staf medis saat mereka melakukan perjalanan dari Kota Gaza ke wilayah selatan menyusul serangan Israel terhadap rumah sakit tersebut.


Israel yang mengabaikan resolusi Dewan Keamanan PBB yang menuntut gencatan senjata segera, telah menghadapi kecaman internasional di tengah serangan brutal yang terus berlanjut di Gaza sejak serangan kelompok Palestina Hamas pada 7 Oktober 2023.


Setidaknya 37.900 warga Palestina telah terbunuh, sebagian besar perempuan dan anak-anak, dan sekitar 87.000 lainnya terluka, menurut otoritas kesehatan setempat.


Lebih dari delapan bulan setelah perang Israel, sebagian besar wilayah Gaza hancur akibat blokade makanan, air bersih, dan obat-obatan yang melumpuhkan.


Israel dituduh melakukan genosida di Mahkamah Internasional yang keputusan terbarunya memerintahkan Israel untuk segera menghentikan operasi militer di kota selatan Rafah, tempat lebih dari satu juta warga Palestina mencari perlindungan dari perang sebelum diserbu pada 6 Mei.(des)