TAKALAR - Program Electrifying Agriculture (EA) yang diluncurkan oleh PT PLN (Persero) telah berhasil membantu usaha tambak udang vaname di Kabupaten Takalar, Sulawesi Selatan, dengan menghemat biaya operasional hingga Rp15,8 juta per bulan. Selain itu, layanan Renewable Energy Certificate (REC) dari PLN membuka peluang bagi usaha ini untuk menembus pasar ekspor.
Sardi, salah satu pemilik tambak udang seluas dua hektare, mengungkapkan bahwa program EA dari PLN mampu menurunkan biaya operasional tambaknya hingga Rp15,8 juta per bulan dengan penyediaan listrik hijau sebesar 33 kiloVolt Ampere (kVA).
“Program EA PLN berhasil meningkatkan efisiensi budidaya udang dan menekan biaya operasional tambak hingga 29 persen setiap bulannya,” ujarnya.
Sebelum beralih ke listrik hijau dari PLN, Sardi mengaku pernah mengalami gagal panen dua kali akibat suplai listrik yang tidak stabil saat menggunakan genset. Akibatnya, kincir air di tambak tidak berfungsi maksimal, sehingga berdampak pada kualitas pertumbuhan udang.
“Selain menghemat biaya operasional, kehadiran listrik juga mengoptimalkan semua peralatan listrik di tambak, seperti kincir dan penerangan yang dinyalakan pada malam hari untuk menjaga kualitas udang,” tambah Sardi.
Dalam hal operasional, Sardi menjelaskan bahwa sebelum menggunakan listrik PLN, tambaknya membutuhkan sekitar 3 ribu liter solar per bulan dengan biaya sekitar Rp55 juta. Namun, setelah beralih ke listrik PLN, biaya operasional bulanannya hanya sekitar Rp39 juta.
Sardi juga menyebutkan bahwa salah satu alasan banyak petambak udang di Takalar beralih ke listrik PLN adalah karena layanan REC. Sertifikat energi bersih ini telah diakui secara internasional dan sangat mendukung petambak dalam menembus pasar ekspor.
Dengan dukungan suplai listrik yang terjangkau dan bersih dari PLN, para petambak di Takalar semakin optimis untuk bersaing di pasar global.
“Layanan PLN semakin baik, setiap tantangan ditangani dengan cepat. Selain itu, PLN juga menyediakan sertifikat Energi Baru Terbarukan (EBT) yang meningkatkan nilai jual produk kami, baik untuk pasar lokal maupun internasional,” kata Sardi.
Direktur Utama PLN, Darmawan Prasodjo, menyatakan bahwa program EA merupakan komitmen PLN untuk memodernisasi sektor pertanian. Program ini bertujuan meningkatkan produktivitas dan efisiensi operasional para petani dengan menyediakan listrik yang andal, terjangkau, dan ramah lingkungan.
“Program EA PLN mendorong sektor agrikultur untuk beralih ke alat produksi berbasis listrik agar lebih maju, efisien, dan ramah lingkungan. Teknologi ini meningkatkan produktivitas dan pendapatan dibandingkan penggunaan genset atau diesel,” ujarnya.
Terkait penggunaan REC, Darmawan menjelaskan bahwa REC tidak hanya bertujuan untuk menyuplai listrik bersih tetapi juga untuk mendukung pengembangan ekonomi hijau. REC menjadi solusi PLN dalam melakukan dekarbonisasi di berbagai sektor, termasuk industri, bisnis, dan UMKM.
“Dunia sedang bergerak menuju transisi energi, dan REC adalah salah satu solusi kami untuk memenuhi kebutuhan listrik rendah emisi yang dimulai sejak proses produksinya,” tambahnya.
Sementara itu, General Manager PLN Unit Induk Distribusi Sulawesi Selatan, Sulawesi Tenggara, dan Sulawesi Barat (UID Sulselrabar), Budiono, berharap program EA dapat semakin luas diterapkan ke seluruh petani. Dengan demikian, program ini dapat meningkatkan produktivitas dan kesejahteraan para petani.
“Mudah-mudahan dengan fasilitas ini, ekonomi Indonesia semakin kuat dan taraf hidup para petani, peternak, dan petambak semakin meningkat. Kami membantu petani dengan menyediakan energi listrik yang lebih andal dan bersih,” ujarnya.
Budiono juga menambahkan bahwa program ini bertujuan untuk menciptakan Creating Shared Value (CSV) bagi masyarakat dan lingkungan melalui inovasi teknologi kelistrikan. Hingga Juli 2024, jumlah pelanggan Program EA di Sulselrabar telah mencapai 3.350 pelanggan dengan total daya tersambung sebesar 188.685 kVA.
“Program EA juga merupakan bagian dari langkah strategis perusahaan untuk mendorong perekonomian melalui sektor ketenagalistrikan,” pungkas Budiono.(BY)