Samsung dikabarkan akan melakukan PHK di akhir tahun ini. |
Jakarta - Perusahaan teknologi besar Samsung dilaporkan sedang mempertimbangkan pemutusan hubungan kerja (PHK) sekitar 30 persen dari total karyawan di seluruh dunia. Rencana ini diharapkan bisa dilaksanakan pada akhir tahun.
Menurut laporan dari Reuters, pemangkasan ini akan menyasar departemen penjualan, pemasaran, dan administrasi, dengan proporsi yang bervariasi. Diperkirakan, departemen penjualan dan pemasaran akan mengalami pengurangan hingga 15%, sedangkan staf administrasi bisa berkurang hingga 30%.
Samsung, yang berbasis di Korea Selatan, memiliki lebih dari 270.000 karyawan di 76 negara. Karyawan di sektor penjualan dan pemasaran di berbagai negara di Amerika Utara, Amerika Selatan, Eropa, Asia, dan Afrika dipastikan akan terkena dampak jika pemangkasan karyawan benar-benar dilaksanakan.
Di India, dampak tersebut sudah mulai terlihat. The Economic Times melaporkan bahwa Samsung akan memberhentikan lebih dari 200 eksekutif di operasinya di negara tersebut. PHK ini akan mencakup berbagai departemen, termasuk telepon seluler, elektronik konsumen, peralatan rumah tangga, serta fungsi pendukung lainnya.
Pengurangan ini mencakup sekitar 9-10% dari total tenaga kerja manajerial Samsung di India, yang saat ini memiliki sekitar 2.000 eksekutif. Selain PHK, Samsung juga mempertimbangkan restrukturisasi operasional di India, termasuk menggabungkan beberapa divisi bisnis seperti televisi dan peralatan rumah tangga, yang bisa mengakibatkan lebih banyak PHK.
Langkah ini diambil seiring dengan melambatnya pertumbuhan bisnis, menurunnya permintaan konsumen, dan kehilangan pangsa pasar di segmen ponsel pintar. Hal ini juga dipicu oleh mogok kerja yang dilakukan oleh karyawan di Chennai, India, yang memengaruhi produksi televisi, lemari es, dan mesin cuci. Mogok yang telah berlangsung selama tiga hari ini berdampak pada tingkat produksi, yang kabarnya mencapai 50-80% dari kapasitas pabrik.
Gangguan ini terjadi menjelang musim liburan, yang menambah tekanan pada perusahaan. Selain itu, persaingan yang ketat di pasar internasional, terutama dari merek seperti Huawei di China, semakin mempersulit kondisi. Bisnis chip Samsung juga mengalami tantangan untuk memenuhi harapan, karena permintaan chip yang mendukung fungsi bertenaga AI meningkat secara signifikan, memungkinkan perusahaan pesaing untuk mengungguli Samsung.(BY)