Mikroba di Mars, Es Kuno Sebagai Pelindung dari Radiasi Kosmik -->

Iklan Muba

Mikroba di Mars, Es Kuno Sebagai Pelindung dari Radiasi Kosmik

Senin, 21 Oktober 2024

Planet Mars.


Fajarsumbar.com - Sebuah penelitian yang dipimpin oleh Badan Antariksa Amerika Serikat (NASA) mengungkapkan kemungkinan adanya kehidupan asing yang tersembunyi di bawah lapisan es Planet Mars. Para ilmuwan meyakini bahwa lapisan es kuno di Planet Merah berpotensi melindungi mikroba dari radiasi kosmik yang berbahaya.


Dr. Aditya Khuller, penulis utama penelitian ini, menjelaskan bahwa es tersebut mungkin terbentuk dari hujan salju berdebu, di mana sinar matahari yang diserap oleh debu gelap memungkinkan terbentuknya kantong air cair yang aman di bawah permukaan es.


Pemodelan komputer menunjukkan bahwa cahaya yang dapat menembus es dapat memicu fotosintesis di kolam air lelehan dangkal ini, mirip dengan kolam di Bumi yang kaya akan kehidupan.


“Fenomena ini disebut ‘lubang kriokonit’ dan terjadi ketika debu serta sedimen di atas es mencair akibat menjadi lebih gelap dibandingkan es,” ujar Dr. Khuller, yang merupakan ilmuwan planet di Jet Propulsion Laboratory NASA, kepada Daily Mail.


Di Bumi, berbagai makhluk kecil seperti alga, jamur, dan cyanobacteria telah ditemukan hidup di dalam lubang kriokonit, karena mereka mengandalkan energi dari matahari untuk bertahan hidup melalui fotosintesis.


“Jika kita ingin mencari kehidupan di alam semesta, permukaan es di Mars mungkin merupakan salah satu lokasi paling mudah diakses untuk penelitian,” kata Dr. Khuller.


Koloni kriokonit telah ditemukan di berbagai lokasi, mulai dari Antartika, Greenland, hingga kepulauan Svalbard di Norwegia, yang terletak di antara pantai utara Skandinavia dan Kutub Utara.


“Mikroorganisme biasanya tidak aktif di musim dingin ketika tidak ada cukup sinar matahari untuk menghasilkan air cair dalam es yang berdebu,” kata Dr. Khuller kepada Space.com. "Oleh karena itu, dua komponen utama untuk fotosintesis dapat ditemukan dalam es Mars yang berdebu di garis lintang menengah."


Studi ini didasarkan pada penelitian Dr. Khuller saat ia menyelesaikan program PhD-nya, di mana ia memprediksi kandungan debu dalam endapan es di Mars, menggunakan data dari Phoenix Mars Lander dan Mars Reconnaissance Orbiter milik NASA.


Tim peneliti memasukkan data ini ke dalam simulasi komputer yang awalnya dirancang untuk memprediksi kecerahan salju dan es gletser di Bumi. Model yang dibangun dari pemahaman yang lebih baik tentang es di Bumi diharapkan dapat membantu memperkirakan kandungan debu dalam es di Mars.


Menurut Dr. Khuller, sejumlah kecil debu memiliki dampak yang signifikan. “Kedalaman sinar matahari yang cukup untuk fotosintesis di dalam es dipengaruhi oleh seberapa banyak debu yang ada,” ujarnya. “Begitu juga, jumlah debu dalam es mempengaruhi kedalaman penetrasi radiasi ultraviolet yang berbahaya.”


Tim peneliti memperkirakan bahwa es dengan kandungan debu yang lebih tinggi, yakni antara 0,01 hingga 0,1 persen, hanya akan mendukung kehidupan pada kedalaman sekitar lima hingga 38 sentimeter di bawah permukaan.


Namun, Dr. Khuller juga menambahkan bahwa ada kemungkinan fotosintesis dapat terjadi di kedalaman yang lebih dalam untuk menghasilkan es yang lebih bersih. Es yang bersih dapat menjadi wilayah subur bagi kehidupan mikroba yang lebih dalam di garis lintang menengah Mars, baik di belahan utara maupun selatan.


Di garis lintang 40° di kedua belahan bumi, koloni kehidupan kecil ini dapat hidup di kedalaman antara 2,15 hingga 3,10 meter, berdasarkan estimasi Dr. Khuller dan timnya yang dipublikasikan di jurnal Nature Communications Earth & Environment.


"Kami tidak mengklaim bahwa kami telah menemukan kehidupan di Mars," tegas Dr. Khuller kepada wartawan, "tetapi kami percaya bahwa lapisan es berdebu di garis lintang menengah Mars adalah tempat paling mudah diakses untuk mencari kehidupan di Mars saat ini."


Lebih lanjut, Mars memiliki dua jenis es alami: air beku dan karbon dioksida beku, seperti 'es kering' buatan. Atmosfer Mars yang tipis dan kering masih menjadi perdebatan di kalangan ilmuwan mengenai apakah 'es air' yang mencair akan berubah menjadi air cair atau langsung 'menyublim' menjadi uap air.


Proses mencairnya air es yang terlindung di bawah lapisan es dan salju bisa memberikan hasil yang lebih baik, tetapi masih banyak pertanyaan yang perlu dijawab, kata Dr. Khuller.


“Setahu saya, saat ini debu di Mars diyakini memiliki komposisi yang seragam,” lanjutnya. “Namun, saat ini kami tidak memiliki sampel material dari Mars yang dapat dianalisis secara rinci, sehingga sulit untuk memastikannya.”


“Suatu saat kami ingin mengakses sampel dari dalam es tersebut, tetapi itu perlu dipertimbangkan untuk misi di masa depan,” tambahnya.


Masih ada banyak pertanyaan mengenai keberadaan kehidupan fotosintetik di Mars sekarang atau pada masa lalu, ketika Mars memiliki lebih banyak air cair dan magnetosfer yang lebih kuat untuk melindunginya dari radiasi kosmik matahari.


Namun, Dr. Khuller dan timnya telah membantu mempersempit lokasi yang mungkin menjadi tempat kehidupan asing di permukaan Mars, yang luasnya mencapai 55,74 juta mil persegi.


“Saya bekerja dengan tim ilmuwan untuk mengembangkan simulasi yang lebih baik mengenai apakah, di mana, dan kapan es berdebu bisa mencair di Mars saat ini,” kata Dr. Khuller kepada Daily Mail.


“Selain itu, kami juga mencoba mereplikasi beberapa skenario es berdebu ini di laboratorium untuk diteliti lebih lanjut,” kata Dr. Khuller.(BY)