ilustrasi |
Jakarta - Memulai bisnis sampingan merupakan salah satu cara efektif untuk memperoleh penghasilan tambahan. Dengan modal yang tidak besar, pekerja dengan gaji Rp5 juta per bulan pun bisa merintis usaha sendiri. Lalu, berapa modal yang diperlukan untuk memulai usaha sampingan bagi pekerja dengan penghasilan tersebut, dan apa saja yang perlu diperhatikan?
1. Sisihkan 10 Persen Gaji untuk Modal Usaha
Perencana keuangan dari Mitra Rencana Edukasi (MRE), Andi Nugroho, menyarankan agar modal usaha diambil sebesar 10 persen dari penghasilan bulanan. Dengan gaji Rp5 juta, artinya sekitar Rp500 ribu dapat dialokasikan sebagai modal usaha.
Pendapat serupa juga disampaikan oleh Perencana Keuangan MRE lainnya, Mike Rini Sutikno, yang menyarankan menyisihkan antara 10 hingga 20 persen gaji setiap bulan untuk modal usaha. Namun, ia menegaskan agar tidak mengorbankan kebutuhan pokok sehari-hari.
"Sebaiknya hitung dulu berapa kebutuhan modal yang sebenarnya. Setelah mengetahui jumlahnya, barulah kita bisa mengevaluasi pos-pos mana yang bisa dihemat. Misalnya, alat-alat usaha tidak perlu langsung membeli semua, bisa dilakukan bertahap menggunakan peralatan yang sudah ada di rumah," jelasnya.
2. Pilih Bisnis Kuliner atau Jasa
Dengan modal sekitar Rp500 ribu, Andi menyarankan untuk mencoba usaha di bidang kuliner seperti menjual minuman atau makanan kecil, misalnya jus, kue, es teh, atau kopi kekinian. Selain itu, peluang bisnis di bidang jasa digital juga patut dipertimbangkan, seperti jasa pembuatan website, admin media sosial, editing video dan foto, atau menjadi affiliate marketer.
"Bisnis lain yang bisa dicoba termasuk budidaya sederhana, seperti memelihara ikan dalam kolam kecil, beternak ayam skala kecil, atau menanam sayuran di pekarangan," tambahnya.
3. Waktu Balik Modal Tergantung Jenis Usaha
Mike menambahkan bahwa waktu yang dibutuhkan untuk mencapai titik balik modal bervariasi tergantung jenis usaha dan skalanya. Usaha kecil menengah umumnya memerlukan waktu sekitar enam bulan hingga dua tahun untuk balik modal. Namun, kecepatan balik modal dipengaruhi oleh jenis usaha, strategi pemasaran, dan kondisi pasar saat itu.
Mike juga menyarankan untuk tidak hanya fokus pada kecepatan balik modal, tetapi juga pada kualitas produk dan layanan yang ditawarkan kepada pelanggan.
"Berikan pelayanan terbaik dan bangun hubungan baik dengan pelanggan. Kepuasan pelanggan akan membuat mereka kembali lagi," ujarnya.
Ia juga menekankan pentingnya disiplin dalam mengelola keuangan usaha.
"Catat dengan baik setiap penggunaan modal, pemasukan, dan pengeluaran usaha. Dengan begitu, kita bisa memantau perkembangan usaha, melihat area yang perlu diperbaiki, dan menentukan apakah usaha tersebut menghasilkan keuntungan atau kerugian," tutupnya.(des*)