![]() |
Bupati Pasaman, Sabar AS bersama tim gabungan BPBD, TNI-Polri meninjau penanganan banjir dan longsor beberapa waktu lalu. |
Lubuksikaping – Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Pasaman, Sumatera Barat, mencatatkan kerusakan materi akibat bencana alam sepanjang tahun 2024 mencapai Rp18,8 miliar. Sektor infrastruktur menjadi yang paling terdampak oleh bencana tersebut.
Plt. Kepala BPBD Pasaman, Dedi, yang diwakili oleh Kepala Bidang Rehabilitasi dan Rekonstruksi, Donny, mengungkapkan bahwa kerusakan terbesar terjadi pada infrastruktur. "Kerugian materi di Pasaman pada 2024 mencapai Rp18.839.450.000,- yang sebagian besar disebabkan oleh kerusakan infrastruktur. Kami terus melaporkan hal ini kepada BNPB Pusat untuk mendapatkan penanganan lebih lanjut," jelas Donny, pada Rabu (15/1/2025).
Pada tahun 2024, Pasaman mengalami sejumlah bencana, dengan banjir dan tanah longsor sebagai kejadian dominan. Bencana tersebut menyebabkan kerusakan pada jalan, jembatan, bangunan seperti rumah warga, sekolah, puskesmas, serta fasilitas umum lainnya. Selain itu, banjir dan longsor juga menimbun lahan pertanian dan sawah yang berujung pada gagal panen.
Meski demikian, Donny menyampaikan bahwa kerusakan materi di tahun 2024 mengalami penurunan dibandingkan tahun sebelumnya. Kejadian bencana alam pun turut mengalami penurunan. "Jumlah kejadian banjir dan longsor di tahun 2024 lebih sedikit dibandingkan tahun 2023," ujarnya.
Namun, BPBD Pasaman masih kekurangan alat berat, seperti excavator mini dan beku loader, yang sangat diperlukan untuk mempercepat pembersihan material longsoran. "Kami berharap dapat memiliki satu unit excavator mini dan satu unit beku loader untuk menangani longsor dengan lebih cepat. Saat ini, kami masih bergantung pada alat berat milik PUPR Pasaman," tambah Donny.
Selain itu, Kabid Kedaruratan dan Logistik BPBD Pasaman, Desrianti, mencatatkan 136 kejadian bencana alam yang terjadi sepanjang tahun 2024 di Pasaman. Rinciannya adalah 15 kejadian banjir, 24 tanah longsor, 84 pohon tumbang, 4 puting beliung, 1 banjir bandang, 3 kebakaran hutan dan lahan, 3 orang hilang, dan 2 orang hanyut.
Desrianti menyebutkan bahwa faktor alam, seperti topografi berbukit dan bergunung-gunung serta curah hujan tinggi sepanjang tahun, menjadi penyebab utama tingginya potensi tanah longsor dan banjir di daerah tersebut. Sungai-sungai besar seperti Sungai Pasaman dan Batang Sumpur juga berpotensi menyebabkan banjir.
Selain itu, kegiatan penebangan hutan secara ilegal, pembukaan lahan pertanian, serta struktur geologi yang tidak stabil semakin memperburuk kondisi. "Pasaman berada di daerah rawan gempa dengan tanah liat yang mudah tererosi, yang meningkatkan risiko tanah longsor," kata Desrianti.
Pemerintah daerah terus melakukan berbagai upaya untuk mengurangi dampak bencana, salah satunya melalui mitigasi bencana. Langkah-langkah tersebut meliputi penghijauan kembali hutan, pembangunan infrastruktur yang tahan bencana, serta memberikan pendidikan dan pelatihan mitigasi bencana kepada masyarakat.
"Kami juga menetapkan kawasan rawan bencana dan mengelola lingkungan secara berkelanjutan untuk mencegah bencana yang lebih besar di masa mendatang," tutup Desrianti.(des*)