Lubukbasung – Dua bunga Rafflesia Tuan-Mudae mekar serempak di kawasan Cagar Alam Maninjau, tepatnya di Marambuang, Nagari Baringin, Kabupaten Agam, Sumatera Barat. Peristiwa ini menjadi catatan sejarah, karena untuk pertama kalinya bunga langka ini mekar bersamaan—sebuah fenomena yang belum pernah tercatat dalam jurnal ilmiah manapun.
Kepala Resor Konservasi Wilayah II Maninjau, Ade Putra, mengungkapkan bahwa ini adalah momen langka dalam dunia botani. “Ini kali pertama bunga *Rafflesia* Tuan-Mudae mekar berbarengan. Bunga *Rafflesia arnoldii* memang pernah tercatat mekar serempak, namun kasus ini berbeda,” jelasnya.
Kedua bunga tersebut tumbuh berdampingan dengan jarak hanya sekitar satu meter. Bunga pertama mencapai mekar sempurna di hari keempat dengan diameter 82,5 sentimeter, sedangkan bunga kedua mekar pada hari kedua dengan diameter lebih besar, yakni 91 sentimeter.
“Dalam beberapa hari ke depan, kedua bunga ini akan mulai layu dan membusuk,” tambah Ade.
*Rafflesia* Tuan-Mudae termasuk salah satu spesies *Rafflesia* paling langka di dunia, dengan jumlah populasi yang diketahui hanya sekitar 30 individu. Saat ini, bunga ini hanya ditemukan di dua lokasi: Sarawak, Malaysia, dan Marambuang, Kabupaten Agam, Indonesia. Penemuan bunga ini di Marambuang terjadi pada 2017, bertepatan dengan pencarian sumber air untuk program Pamsimas oleh warga setempat.
Bunga ini dilindungi berdasarkan Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1990 tentang Konservasi Sumber Daya Alam Hayati dan Ekosistemnya, yang kini diperbarui melalui Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2024. Kawasan Cagar Alam Maninjau menjadi habitat alami yang terus dijaga untuk kelestariannya.
Menariknya, di lokasi yang sama, pernah pula tercatat mekarnya *Rafflesia* Tuan-Mudae terbesar di dunia dengan diameter mencapai 111 sentimeter—rekor yang hingga kini belum terpecahkan dan telah terdokumentasi secara resmi.
Salah seorang mahasiswa Universitas Negeri Riau, Isma Yuliatri, membagikan rasa kagumnya setelah melihat bunga tersebut langsung. “Saya sangat terharu dan bangga bisa menyaksikan flora langka ini dari dekat. Di kampung saya di Riau, bunga seperti ini tidak ada,” tuturnya. Ia bersama sejumlah mahasiswa lain sengaja datang ke Palembayan, Agam, setelah mendapatkan informasi dari Resor Konservasi Wilayah II Maninjau BKSDA Sumbar.(des*)