![]() |
. |
Padang, fajarsumbar.com – Ada yang berbeda dari tampilan rumah dinas Wakil Gubernur Sumatera Barat belakangan ini. Atap bangunan tersebut kini menjulang indah dengan bentuk khas gonjong—arsitektur tradisional Minangkabau yang selama ini menjadi simbol kejayaan budaya Ranah Minang. Perubahan ini bukan hanya soal estetika, tetapi juga pesan kuat: budaya harus kembali menjadi identitas yang dibanggakan, terutama oleh pemimpinnya sendiri.
Sosok di balik transformasi ini adalah Wakil Gubernur Sumbar, Vasko Ruseimy. Dalam unggahan videonya di Instagram @vaskoruseimy, ia mengajak Timothy Ronald—pengusaha muda dan influencer finansial yang dikenal sebagai “Raja Crypto Indonesia”—untuk melihat langsung wajah baru rumah dinas tersebut. Gonjong megah yang kini bertengger di atas rumah itu pun langsung mencuri perhatian.
“Sebelum saya menjabat, saya sering bertanya dalam hati, kenapa banyak rumah dinas di Sumatera Barat tidak mencerminkan arsitektur Minangkabau,” ujar Vasko dalam video tersebut.
Pertanyaan itu tak dibiarkan mengendap. Begitu dilantik sebagai Wakil Gubernur, Vasko langsung mengambil langkah nyata: mengganti atap rumah dinasnya dengan gonjong. Baginya, pemimpin harus tampil sebagai penjaga dan penggerak kebudayaan.
“Rumah dinas Wakil Gubernur harus mencerminkan siapa kita. Minangkabau bukan hanya warisan, tapi identitas yang harus tampil nyata,” tegasnya.
Tak butuh waktu lama, video itu langsung viral. Netizen membanjiri kolom komentar dengan dukungan, harapan, dan rasa bangga. Mereka menyambut hangat upaya Vasko yang dianggap bukan sekadar kosmetik, melainkan bentuk kesadaran budaya yang mendalam.
Akun @ozeix menulis:
“MasyaaAllah, suai Pak Wagub. Ide dan implementasinya sangat ditunggu-tunggu. Berharap budaya Minang diangkat kembali agar anak-anak kita nantinya paham betul siapa kita.”
Sementara akun @aqiqah.padang memberi saran tegas:
“Setuju bana Pak Wagub. Gedung-gedung pemerintah sudah harus pakai gonjong. Kalau bisa, gedung swasta juga ditarik ikut, minimal ado rangking di depan kantornyo.”
Vasko sendiri menekankan bahwa gonjong bukan hanya simbol visual. Ia adalah representasi nilai, filosofi, dan jati diri orang Minang. Menghadirkannya kembali dalam arsitektur pemerintahan, kata Vasko, adalah langkah awal untuk menghidupkan kembali semangat adat yang selama ini mulai tergerus oleh modernitas.
“Kalau kita ingin generasi muda mencintai budayanya, maka tugas kita adalah memberi contoh. Kita harus tampilkan budaya kita dengan bangga dan percaya diri. Kalau bukan kita, siapa lagi?” katanya penuh keyakinan.
Langkah ini menjadi pernyataan simbolik: pembangunan tak harus melupakan akar. Di tengah laju pembangunan yang seragam dan bergaya global, Sumatera Barat—di bawah kepemimpinan Vasko—memilih jalur berbeda. Ia membumikan kembali filosofi “adat basandi syarak, syarak basandi Kitabullah” melalui bahasa visual yang konkret.
Tidak hanya netizen biasa, beberapa tokoh budaya dan pegiat arsitektur lokal juga menyambut baik inisiatif ini. Mereka berharap langkah Vasko menjadi awal dari gerakan yang lebih luas: mengembalikan arsitektur Minangkabau dalam wajah-wajah kota, bukan sekadar museum atau rumah adat.
Komentar dari akun @lintasbukittinggipadang bahkan menyinggung bangunan DPRD Kota Padang yang menurutnya tak lagi mencerminkan identitas Minangkabau.
“Gonjong bukan sekadar ornamen, tapi penanda identitas, filosofi hidup, dan nilai budaya Minangkabau yang telah dikenal dunia,” tulisnya.
Kehadiran Timothy Ronald sebagai saksi dalam momen tersebut menambah nilai simbolis: kebudayaan bukan hanya milik generasi lama. Generasi muda, bahkan mereka yang berkecimpung di dunia teknologi dan keuangan digital, pun bisa tersentuh dan terinspirasi.
Dengan satu langkah sederhana namun penuh makna, Vasko Ruseimy telah menanamkan satu pesan penting: budaya bukan untuk dikenang, tapi untuk ditampilkan dan dibanggakan.(*)