Baterai Jadi Masalah, Nilai Jual Mobil Listrik Turun Drastis -->

Iklan Atas

Baterai Jadi Masalah, Nilai Jual Mobil Listrik Turun Drastis

Kamis, 10 Juli 2025
Harga Mobil Listrik Anjlok Parah, Ini Penyebabnya. 


Jakarta – Meskipun kendaraan listrik semakin populer dan didorong oleh berbagai insentif, banyak konsumen di Indonesia masih ragu untuk memilikinya. Salah satu kekhawatiran terbesar adalah penurunan nilai jual kembali yang terbilang signifikan.

Masalah utama? Baterai.
Menurut Prof. Evvy Kartini, pendiri National Battery Research Institute, faktor utama penyebab anjloknya harga mobil listrik bekas adalah kualitas dan umur baterai. Ia menyebut baterai sebagai "jantung" dari kendaraan listrik dan inti dari transisi energi global.

“Kalau kita bicara kendaraan listrik, yang paling penting adalah baterainya. Begitu performanya turun, maka harga kendaraan otomatis ikut jatuh karena baterai harus diganti,” ujarnya di Jakarta, Kamis (10/7/2025).

Contoh Penurunan Harga yang Drastis
Sebagai ilustrasi, mobil listrik Hyundai Ioniq 5 Signature Long Range saat ini dibanderol lebih dari Rp800 juta jika baru. Namun, unit bekas pakai selama dua tahun hanya dihargai sekitar Rp400 jutaan di pasar kendaraan bekas.

Fenomena serupa terjadi pada BYD Seal. Model Premium yang sebelumnya dijual seharga Rp639 juta, dan varian Performance AWD yang ditawarkan seharga Rp750 juta, kini turun hingga Rp200 jutaan hanya dalam waktu satu tahun pemakaian.

Beda dengan Mobil Konvensional
Evvy menjelaskan bahwa berbeda dengan mobil bermesin bensin yang hanya mengalami penyusutan kualitas pada beberapa komponen mekanis, mobil listrik memiliki komponen utama yang mahal dan memiliki siklus hidup terbatas, yakni baterai.

“Baterai punya umur pakai, biasanya sekitar 1.000 siklus pengisian. Jika sudah terpakai 500 siklus, berarti tinggal separuhnya. Dan itu tak bisa diperpanjang begitu saja – pada akhirnya harus diganti,” jelasnya.

Tipe Baterai Pengaruh Besar
Lebih lanjut, Evvy menjelaskan bahwa jenis material yang digunakan pada baterai juga memengaruhi durabilitas dan nilai jual kendaraan. Dua jenis yang umum dipakai adalah nickel-based dan LFP (Lithium Iron Phosphate).

Baterai LFP, meski lebih stabil dan cocok untuk penyimpanan energi, memiliki kapasitas lebih rendah dibandingkan dengan nickel-based, yang biasanya digunakan pada kendaraan listrik dengan performa tinggi.

“Material baterai sangat menentukan nilai dan usia pakai mobil listrik. Maka, saat harga baterai turun, nilai kendaraan pun akan ikut merosot,” imbuhnya.

Kesimpulan:
Turunnya harga mobil listrik bekas menjadi salah satu tantangan besar dalam percepatan adopsi kendaraan ramah lingkungan di Indonesia. Bagi calon pembeli, memahami seluk-beluk baterai adalah kunci dalam menentukan keputusan membeli mobil listrik secara bijak.(BY)